Perjalanan Keluarga Katolik
Bertumbuh dalam Iman dan Kedewasaan
Forum Refleksi Bersama
Dasar-dasar
Hidup Keluarga Katolik pada awalnya berakar pada Sakramen Perkawinan.
Karena, dengan sakramen perkawinan itu, pria dan wanita mengikatkan diri
dengan janji perkawinan untuk membina kebersaman seluruh hidup; dan
mengarahkan hidup kebersamaan itu menuju kesejahteraan suami-istri serta
untuk kelahiran anak dan pendidikannya. Kristus mengangkat perjanjian
perkawinan itu ke martabat sakramen. (Kanon 1055 § I; cf. GS 48 § I)
Landasan
Hidup Keluarga Katolik yang bersifat sakramen tersebut di atas
menjadikan Keluarga Katolik seharusnya bertumbuh-kembang dalam Iman dan
Kedewasaan seturut rencana keselamatan Allah (Kat. 1602). Pertumbuhan
Iman dan Kedewasaan Keluarga itu diberkati dan dibimbing oleh Allah
menjadi keluarga yang sehat lahir dan batin (GS 47 § I).
Pertumbuhan
Keluarga Katolik dalam Iman dan Kedewasaan merupakan buah-buah cinta
kasih suami-istri, yang menyerupai cinta kasih Allah. Bahkan, cinta
suami-istri itu menjadi gambaran atau menjadi cerminan
cinta Allah kepada manusia (Kat. 1604). Pertumbuhan Keluarga Katolik,
oleh karena itu, menjadi wujud karya penciptaan Allah yang memberkati
mereka untuk mewujudkan sabda Allah berikut ini: “ Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah …”
(Kej 1: 28). Sungguh luarbiasa bahwa pembentukan keluarga katolik seolah
disetarakan dengan karya penciptaan Allah. Lagipula, kewenangan yang
dipercayakan Allah kepada keluarga itu juga sangat luarbiasa, yaitu
menaklukkan bumi dan berkuasa. Keluarga katolik dipercayai untuk mampu
menjadi dewasa dan mandiri, dan dipercayai pula untuk memimpin
perjalanan hidup kebersamaan yang ada di sana menjadi tumbuh-kembang
dalam iman dan dalam kedewasaan kristiani. Perjalanan seperti itu masih
panjang dan dipenuhi oleh liku-liku kesulitan dan permasalahan.
Pada
Sinode Keuskupan Surabaya tahun 1996 pernah dicanangkan prioritas bidang
pastoral, salah satunya adalah pastoral keluarga (Visi-Missi Keuskupan
Surabaya 1997-2001). Di sana disebut pentingnya “menanamkan pembentukan
nilai-nilai (values) dalam keluarga, seperti misalnya: penghayatan
iman bersama, keterbukaan dalam relasi dan komunikasi, kesetiaan,
menghormati kehidupan, pendidikan kristiani dalam keluarga, doa bersama
dalam keluarga.” Apakah semua itu masih menjadi prioritas untuk
masa kini, termasuk di banyak tempat lain-lain? Bagaimanakah semua itu
pada saat sekarang telah terkembang dan dihayati oleh Keluarga Katolik
dimanapun berada? Bagaimanakah PETA perjalanan umat keluarga katolik?
Peta Tantangan
- penghayatan iman bersama (penguatan penghayatan iman sesama anggota keluarga, hidup liturgi, penghayatan sakramen-sakramen, pengembangan pribadi dan spiritualitas keluarga)
- menghormati kehidupan (aborsi, perlakuan adil kesetaraan gender, arus global, sekularisme, konsumerisme, pergaulan dan seksualitas – pornografi-pornoaksi)
- pendidikan kristiani dalam keluarga (kebiasaan refleksi, penghargaan kepada sumber-sumber pustaka dan pemahaman iman serta tradisi gereja, pendalaman ajaran gereja-moral-hukum kanonik-berbagai praktik hidup religius dan hidup bakti katolik, dukungan keterlibatan dalam jemaat lingkungan-wilayah-paroki, spiritualitas katolik dalam karir dan profesi anggota keluarga)
- doa bersama dalam keluarga (tatacara dan praktik doa bersama, keseimbangan doa pribadi dan doa bersama, sentuhan affeksi dan relasi pribadi dengan Tuhan yang melimpah dari pengalaman doa, perkembangan kepekaan dalam diskresi hidup rohani atau dalam pembedaan roh serta dinamika rohani, kaitan dengan berbagai tradisi devosi dan lingkaran hidup liturgi gereja)
- relasi suami-istri-anak (keterbukaan, frekuensi, dan kualitas dalam relasi dan komunikasi; jalinan kasih-sayang dan kerukunan; kesetiaan suami/istri kepada pasangannya; kesediaan berkorban dari suami/istri bagi pasangannya; kecemburuan dari suami/istri terhadap pasangannya, dominasi suami/istri atas pasangannya; sikap dan tindak kekerasan suami/istri terhadap pasangannya dan anak-anak )
- ekonomi rumah-tangga (kemampuan mengelola-manajemen ekonomi rumah tangga, keterbatasan penghasilan, kesulitan lapangan kerja, beban hutang, kebutuhan sandang dan pangan, biaya kesehatan, biaya pendidikan anak, asuransi hari tua, pengadaan dan perawatan rumah tinggal, biaya sosialisasi lingkungan masyarakat)
Peta Harapan
- menghayati relasi timbal-balik suami-istri dan orangtua-anak dalam rangka penghayatan hakikat dan praktik sakramen perkawinan
- Mendidik dan mengasuh anak secara katolik seutuhnya dengan landasan pelayanan yang menghargai pertumbuhan pribadi-rohani
- Memacu kemandirian keluarga katolik dalam bidang ekonomi rumah-tangga
- Mewujudkan keluarga katolik sebagai keluarga inti dalam gereja basis, termasuk ikut membangun gereja di Lingkungan-Wilayah-Paroki
- Terlibat secara dewasa serta sehat dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan dengan dilandasi moral dan spiritualitas katolik, dan mewujudkan semua itu melalui praktik-praktik yang diperbarui terus-menerus
Peran Pastoral dan Kepemimpinan Awam Pemuka Jemaat
Tiga hal penting
yang perlu dicermati untuk menggambarkan peran pastoral dan kepemimpinan
pemuka jemaat dalam rangka mendukung Perjalanan Keluarga Katolik
tersebut di atas, yaitu:
a. Fokus pelayanan (ministry)
harus mendarat secara realistis ditingkat konteks keluarga-keluarga
katolik sehari-hari. Pelayanan diwujudkan dalam berbagai aktivitas yang
langsung terkait dengan tantangan-tantangan nyata (life challenges-related or cases-related). Kegiatan Pastoral Teamwork dan Kepemimpinan Awam Pemuka Jemaat diagendakan bersama umat secara langsung sesuai keadaan aktual-faktual.
b. Metode pelayanan berorientasi kepada “pemusatan bagi mereka yang dilayani” (community-centered ministry or people-based ministry). Mind-set
atau mental pelayanan harus tegas berubah menjadi “belajar bersama dan
bertumbuh-kembang sebagai sesama teman-sahabat-mitra dalam perjalanan
iman serta hidup rohani (peer-based learning and emancipatory).
Perjalanan itu hendak mendorong pemuasan kerinduan gereja yang masih
berjuang dalam persekutuannya dengan gereja yang telah menang bersama
Kristus.
c. Kajian
cermat dan dokumentasi yang terus dikembangkan lewat berbagai media
komunikasi/bagi-rasa harus dipastikan dan dibakukan untuk mendukung
fokus pelayanan dan metode pelayanan tersebut di atas. Banyak hal dari
ajaran gereja dan tradisinya kemungkinan menjadi kurang mengena dan
kurang updated bagi umat saat ini, karena banyak praksis hidup iman umat dan praksis pastoral tidak mampu saling dibagirasakan, yang salah satunya hal itu terjadi karena atau akibat kelemahan riset, dokumentasi, dan komunikasi.
Peran Pastoral dan
Kepemimpinan Awam Pemuka Jemaat bisa saja terlibat dibidang teknis dan
masalah-masalah kongkrit-aktual, tetapi “bagaimana peran dan
kepemimpinan itu mampu menjaga kemandirian yang semakin dewasa diantara
keluarga-keluarga katolik sendiri?”
Teks Doa Novena Arwah
Teks Doa Novena Arwah berikut ini ditampilkan sebagai sharing
untuk pemerkayaan devosi doa arwah kita. Teks tersebut telah
dipergunakan setiap tahun pada bulan november sebagai doa novena
sembilan hari sejak tahun 2005. Beberapa revisi telah dilakukan dan
diperkayakan dengan temuan-temuan pengalaman doa. Naskah asli dan
revisinya disusun oleh Bapak Petrus M. Sektijo dan Bapak T. Soemarman
dengan menggunakan berbagai sumber. Teks doa Novena Arwah untuk Sembilan
Hari itu dikembangkan sebagai ungkapan iman umat di wilayah Filipus
(sekarang Wilayah Tomas) dari Paroki Roh Kudus, Surabaya.
Yang menarik dari Teks Doa Novena Arwah:
2. Tanda Salib dan Salam
P: Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U: Amin
P: Semoga Allah yang membangkitkan Kristus dari alam maut, melimpahkan rahmat kepada kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya
Pengantar singkat & Pernyataan Tobat
3. Doa Pembukaan
Marilah kita berdoa,
Allah Yang Kekal, Tuhan Yang Kudus,
Bapa dan Pelindung segala ciptaan,
kami mengucap syukur kepada-Mu
karena Engkau telah mengumpulkan kami di sini.
Kami mengarahkan hati kepada-Mu dan memanjatkan doa
bagi mereka yang telah meninggal dunia,
khususnya ………….(dibacaka nama-nama yang didoakan).
Mereka semua adalah putra-putri-Mu yang kami kasihi,
para orang tua, kerabat, teman, saudara kami,
mereka yang telah berjasa kepada kami selama hidupnya,
dan tak lupa juga bagi sesama yang telah menyakiti kami,
yang sangat membutuhkan pengampunan kami.
Ya Allah, kami persembahkan doa Novena arwah hari …ini, untuk menebus segala dosa yang telah mereka perbuat
dan mohon terimalah mereka dalam persekutuan surgawi.
Demi Yesus Kristus Putera-Mu, Tuhan dan pengantara kami, kini dan selama-lamanya, Amin
4. Lagu Pengantar Doa Novena
5. Doa Novena Arwah Hari ke ……… (Lihat halaman 2-6)
6. Doa Rosario Kecil Bagi Jiwa-jiwa di Api Penyucian (Lihat halaman 7 )
7. Litani Bagi Jiwa-jiwa di Api Penyucian (Lihat hal. 8-9)
8. Doa Bapa Kami
Saudara sekalian marilah kita satukan semua doa yang telah kita panjatkan dengan doa yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri.
Bapa Kami…………
9. Doa Penutup
Marilah kita berdoa,
Allah Bapa Yang Mahakuasa dan kekal,
kami menyatakan kepercayaan kami kepada-Mu,
bahwa mereka yang kami doakan
dalam doa novena arwah hari ini,
kini berada dalam perdamaian-Mu.
Kami percaya, bahwa kami bersama mereka
yang telah Kau panggil, merupakan satu keluarga,
satu tubuh dalam Kristus.
Maka berilah kami berkatMu, agar kami senantiasa ingat akan persatuan yang membahagiakan itu.
Demi Yesus Kristus Putera-Mu, Tuhan dan pengantara kami, kini dan selama-lamanya, Amin.
10. Berkat penutup
P: Tuhan beserta kita
U: Sekarang dan selama-lamanya
P: Semoga Yesus Sang Penebus, memperkenankan kita ikut menikmati kebahagiaan abadi di surga.
U: Amin.
P: Semoga kita selalu dibimbing dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa, Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Dengan demikian doa novena kita hari ………. sudah selesai.
U: Syukur kepada Allah.
P: Marilah pergi kita diutus
U: Amin
11. Lagu penutup
Sumber:
Doa-Doa Bagi Jiwa-Jiwa Malang, Imprimatur Rm. Alfons Segar, Pr Vikjen Keuskupan Ruteng, Desember 2004
Rahasia Jiwa-Jiwa di Api Penyucian, Imprimatur Mgr. Eduardus Sangsun SVD – Uskup Ruteng – 19 Juni 2001
Alfons Sene (2002). Ibadat dan Doa Untuk Arwah. Nusa Indah Ende.
Surabaya, 4 Nopember 2008
Disusun oleh: Petrus M. Sektijo
Editor: T. Soemarman
MASING-MASING DOA NOVENA
HARI PERTAMA SAMPAI HARI KESEMBILAN
Doa Novena Hari Pertama (1)
P: Penyebab banyaknya jiwa yang menderita di api penyucian adalah karena dosa yang dilakukan mereka sepanjang hidupnya. Inilah yang menjadi sumber penderitaan mereka (hening sejenak).
P dan U. :
Ya Yesus, Tuhan dan Penyelamatku,
aku juga sering layak berada di neraka.
Betapa menyiksanya pikiran
bahwa aku akan binasa selama-lamanya.
Ya Tuhanku, tunjukkanlah kesabaran-Mu padaku,
aku mengasihi-Mu karena Engkaulah kebaikan yang tak terbatas.
Aku menyesal dengan sepenuh hatiku
karena telah melukai dan menghina Engkau
dan aku berjanji untuk memperbaiki diriku.
Anugerahkanlah rahmat-Mu padaku ya Allah.
Kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang
yang menderita di api penyucian.
Ya Maria, Bunda Allah, pembawa segala Rahmat,
Bunda Damai Abadi,
datanglah menolong jiwa-jiwa malang
dengan kuasa perantaraan-Mu.
Melalui perantaraanmu yang kuat,
semoga Kristus, Puteramu yang paling kaukasihi,
Tuhan dan Allah kami, mengizinkan mereka
untuk ambil bagian dalam suka cita dan kemuliaan-Nya. Amin.
Bapa Kami…… Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 )
Doa Novena Hari Kedua (2)
P: Jiwa-jiwa malang menderita karena menyia-nyiakan waktu mereka selama hidup di dunia. Sebetulnya mereka bisa menghasilkan banyak kebaikan untuk mencapai kerajaan surga, tapi kesempatan itu telah hilang. Dan, kehilangan seperti itu tidak dapat diperbaiki lagi, karena dengan berakhirnya kehidupan didunia berakhir pula waktu dan kesempatan untuk melakukan kebaikan yang berbuah kebahagiaan di surga (hening sejenak).
P dan U:
Allah yang Maha Kuasa dan Kekal,
Adakah yang kuhasilkan selama kehidupan duniawiku,
sehingga aku layak mencapai kehidupan kekal?
Sungguh aku tak pantas dihadirat-Mu,
karena banyak hal kulakukan dengan kesia-siaan
dalam pikiran, perasaan, dan perbuatanku yang duniawi.
Aku berterima kasih kepada-Mu
karena Engkau tetap memberi waktu lebih banyak,
agar aku dapat memperbaiki keburukanku
dan memperoleh berkat-Mu untuk kebahagiaan di surga.
Ya Allah sumber kebaikan, aku menyesal dengan sepenuh hatiku, karena telah menjauh daripada-Mu.
Dampingilah aku, agar sejak saat ini aku senantiasa menyadari,
bahwa tidak ada yang lebih penting bagiku, selain mengasihi dan melayani-Mu.
Kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang,
yang menderita di api penyucian.
Ya Maria, Bunda Allah penuh rahmat,
datanglah menolong jiwa-jiwa malang
dengan kuasa perantaraanmu.
Melalui perantaraanmu yang penuh kuasa dan berharga,
semoga Kristus, Puteramu yang paling kaukasihi,
Tuhan dan Allah kami,
mengizinkan mereka untuk ambil bagian
dalam sukacita dan kemuliaan-Nya yang kekal. Amin.
Bapa Kami…… Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 )
Doa Novena hari ketiga (3)
P: Penderitaan besar dari jiwa-jiwa malang merupakan hal buruk akibat dosa-dosa yang harus mereka alami di api penyucian untuk membersihkan diri. Dalam dunia ini tidak ada seorangpun yang cukup sadar akan keburukan dosa-dosa, namun hal ini akan lebih jelas bila dilihat dari dunia lain (hening sejenak).
P dan U:
Bapa yang Kekal, Allah yang Kudus,
Kudus dan Berkuasa, Kudus dan Kekal,
aku mengasihi-Mu lebih daripada segala sesuatu,
karena Engkaulah kebaikan yang tak terbatas.
Aku menyesal dengan segenap hatiku
karena telah melukai-Mu.
Aku ingin dengan segala kesungguhan hati
tidak lagi menjauh daripada-Mu.
Anugerahkanlah rahmat-Mu, ya Tuhan!
Kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang
yang menderita di tempat penyucian!
Ya Maria, Bunda Allah penuh rahmat,
datanglah menolong jiwa-jiwa malang
dengan kuasa perantaraanmu!
Melalui perantaraanmu yang kuat,
semoga Kristus, Puteramu yang paling kaukasihi,
Tuhan dan Allah kami, mengizinkan mereka
untuk ambil bagian dalam sukacita dan kemuliaan-Nya. Amin
Bapa Kami…… Salam Maria…..
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena hari keempat (4)
P: Jika kita sering menghina Allah, Kasih Yang Abadi, maka hal ini akan melukai kita sendiri. Bagaimanapun juga jiwa-jiwa malang di api penyucian telah melihat sendiri dengan lebih jelas, dan mereka menyatakan, betapa tak terbatasnya kebaikan Allah sehingga mereka akan mengasihi-Nya dengan segenap kekuatannya. Karena inilah, mereka menderita sakit yang tak terkatakan karena telah melukai Allah Yang Maha Besar, sakit yang melebihi segala sakit (hening sejenak).
P dan U:
Allah Yang Maha Kuasa dan Kekal,
aku mengasihi-Mu lebih daripada segala sesuatu,
karena Engkaulah kebaikan yang tak terbatas.
Aku menyesal dengan sepenuh hatiku
karena telah melukai-Mu.
Aku ingin dengan segala kesungguhan hati
tidak lagi melakukan perbuatan dosa.
Biarkanlah aku tetap pada janjiku mulai dari saat ini.
Kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang
yang menderita di api penyucian!
Ya Maria,Bunda Allah penuh rahmat,
datanglah menolong jiwa-jiwa malang
dengan kuasa perantaraanmu!
Melalui perantaraanmu yang kuat, semoga Kristus,
Puteramu yang paling kaukasihi, Tuhan dan Allah kami, mengizinkan mereka untuk ambil bagian dalam sukacita dan kemuliaan-Nya. Amin
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena Hari Kelima (5)
P: Jiwa-jiwa di api penyucian tidak mengetahui kapan deritanya akan berakhir. Bagaimanapun juga mereka punya keyakinan suatu saat nanti mereka akan dibebaskan. Namun lamanya waktu yang tidak diketahui dalam menjalani hukuman merupakan kesakitan yang besar bagi mereka (hening sejenak).
P dan U:
Ya Allah yang kebaikan-Nya tak terbatas,
aku mengasihi-Mu melebihi segala sesuatu.
Aku menyesal dengan sepenuh hatiku
karena telah melukai-Mu.
Aku ingin dengan segala kesungguhan hati
untuk memberi-Mu sukacita.
Biarkanlah aku istirahat, ya Allah, dalam damai-Mu!
Bapa Yang kekal, Allah Yang Kudus,
Kudus dan Berkuasa, Kudus dan Kekal,
kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang
yang menderita di api penyucian!
Ya Maria,yang dikandung tanpa noda, doakanlah kami yang berlindung kepadamu.
Santa Maria, Perawan yang tak bercela dan Bunda Allah, datanglah menolong jiwa-jiwa malang dengan kuasa perantaraanmu! Amin.
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena Hari Keenam (6)
P: Kesadaran mengenai Sengsara Yesus Kristus yang pahit dan Sakramen Maha Kudus di altar merupakan penghiburan besar bagi jiwa-jiwa di api penyucian, karena sampai saat ini mereka masih merasakan dirinya diselamatkan melalui sengsara-Nya yang pahit. Mereka sebenarnya menerima begitu banyak rahmat melalui Komuni Kudus. Tetapi, mereka justru menjalani kepedihan tak terkira karena mengetahui bahwa selama hidupnya mereka tidak memikirkan kedua bukti terbesar kasih Yesus pada mereka (hening sejenak).
P dan U:
Tuhanku dan Allahku, Engkau wafat di kayu salib bagiku.
Betapa sering Engkau memberikan diri-Mu
dalam rupa Komuni Kudus dan aku tidak berterima kasih
atas anugerah-Mu ini.
Aku ingin dengan segala kesungguhan hati
ntuk tidak melukai-Mu lagi, Engkau Yang Maha Agung dan Allah Yang Maha Kudus.
Anugerahkanlah padaku, ya Penebus, Kerahiman-Mu dan Kasih-Mu!
Ya Allah, Kasih karuniaku yang terbesar,
kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang
yang menderita di api penyucian!
Ya Maria, Bunda Allah, Bunda segala umat manusia, datanglah menolong jiwa-jiwa malang dengan kuasa perantaraanmu! Amin.
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena Hari Ketujuh (7)
P: Kepedihan luar biasa yang dialami jiwa-jiwa malang, yang seluruhnya tergantung pada pertolongan kita, meningkat bila mereka menyadari kebaikan karya Allah. Mereka menpunyai orangtua Kristiani, bertumbuh dalam iman, tidak ada sesuatupun yang terabaikan bila mereka datang kepada rahmat Allah. Kesemuanya ini memberi tekanan yang lebih banyak, betapa tidak berterima kasihnya mereka selama hidup di dunia (hening sejenak).
P dan U:
Allah Yang Mah Kuasa dan Kekal,
akupun makhluk yang tak tahu berterima kasih.
Engkau menantiku dengan kesabaran yang besar,
begitu sering Engkau mengampuni segala dosaku,
dan aku, setelah banyak berjanji, terus menerus melukai-Mu.
Ya Allahku, Bapa di surga, kasihanilah aku.
Aku menyesal telah melukai-Mu dan berjanji untuk sungguh-sungguh mempersembahkan kepada-Mu pemulihan.
Kasihanilah pula jiwa-jiwa malang di tempat penyucian.
Hapuskanlah mereka dari kesalahan dan hukuman.
Bebaskanlah mereka segera dan perkenankanlah mereka
mejadi perantara untukku dan segala keperluanku.
Ya Maria, pelindung dan penolong kami, datanglah menolong jiwa-jiwa malang dengan kuasa perantaraanmu! Amin.
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena hari Kedelapan (8)
P: Jiwa-jiwa malang tak dapat menolong dirinya sendiri, menderita karena kenyataan bahwa begitu banyak orang di dunia ini tidak tahu apa yang mereka lakukan. Mereka hidup tanpa sekalipun memikirkan Allah, keabadian dan masa depan kehidupan mereka serta belum mempersiapkan pertemuan mereka dengan Penciptanya pada saat kematian (hening sejenak).
P dan U:
Allah Yang Maha Kuasa dan Kekal,
lindungilah aku dari hati tak bersemangat dan sikap masa bodoh.
Perkenankanlah aku sekarang menyadari
nilai-nilai sejati kehidupan ini,
menghitung hari-hariku
dan selalu datang semakin dekat kepada-Mu
sampai aku dapat melihat, menyembah dan memuji-Mu
dalam kerajaan abadi-Mu.
Ya Maria, yang dikandung tanpa noda,
doakanlah kami yang berlindung padamu.
Santa Maria, Bunda Allah, perantara segala rahmat,
datanglah kepada kami dan kepada semua jiwa-jiwa malang dengan kuasa perantaraanmu. Amin.
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena hari kesembilan (9)
P: Penderitaan jiwa-jiwa malang sangat luar biasa karena kegagalan mereka sendiri, dan lamanya waktu penyucian. Bagaimanapun juga penderitaan yang paling hebat adalah terpisah dari Allah dan tidak dapat memandang-Nya (hening sejenak).
P dan U:
Allah Yang Maha Kuasa dan Kekal,
bagaimanakah aku dapat melampaui banyak tahun,
tetapi berbuat dosa dan berada jauh dari segala rahmat-Mu?
Ampunilah Aku, Tuhanku dan Allahku!
Jangan biarkan aku kehilangan rahmat-Mu lagi!
Aku juga mohon rahmat dan belas kasih-Mu
bagi jiwa-jiwa malang.
Ringankanlah penderitaan mereka,
persingkatlah waktu pembuangan mereka
dan biarkanlah mereka segera melihat suka cita abadi-Mu.
Santa Maria, Bunda Allah,
doakanlah kami para pendosa yang malang,
khususnya pada waktu kami mati.
Ya Maria, Perawan yang dikandung tanpa noda
dan Bunda Allah, perantara segala rahmat, Ratu para Kudus, pemenang segala pertempuran Allah,
datanglah menolong kami dan semua jiwa-jiwa malang
dengan kuasa perantaraanmu. Amin.
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
DOA ROSARIO KECIL
UNTUK JIWA-JIWA DI API PENYUCIAN
1. Yesusku, demi kebajikan dari semua keringat darah-Mu
di Taman Getsemani,
kasihanilah jiwa saudara-saudaraku terkasih
yang menderita di api penyucian.
Bapa Kami, Salam Maria, Berikanlah Istirahat Kekal
2. Yesusku, demi kebajikan dari penghinaan dan ejekan
yang Kau derita di pengadilan,
pada waktu Engkau diperlakukan sebagai orang gila
dan ditukar dengan seorang penjahat,
kasihanilah jiwa-jiwa di api penyucian
yang menanti dimuliakan dalam kerajaan Kudus-Mu.
Bapa Kami, Salam Maria, Berikanlah Istirahat Kekal
3. Yesusku, demi kebajikan dari mahkota duri
yang menusuk Kepala Suci-Mu,
kasihanilah jiwa-jiwa yang paling terbuang serta terlupakan,
dan yang paling jauh dari pembebasan penderitaan
di api penyucian.
Bapa Kami, Salam Maria, Berikanlah Istirahat Kekal
4. Yesusku, demi kebajikan dari langkah-Mu
yang sangat menyakitkan
saat Kau memanggul salib di bahu-Mu,
kasihanilah jiwa-jiwa malang
yang mendekati pembebasan penderitaan
di api penyucian.
Demi kebajikan dari semua penderitaan
yang Kau rasakan bersama Bunda Kudus-Mu
saat Engkau bertemu dengannya dijalan menuju Kalvari, bebaskanlah jiwa-jiwa yang berdevosi kepada Bunda Terkasih-Mu dari api penyucian mereka.
Bapa Kami, Salam Maria, Berikanlah Istirahat Kekal
5. Yesusku, demi kebajikan dari tubuh kudus-Mu
yang terentang di kayu salib,
dari kaki dan tangan Suci-Mu yang ditusuk paku,
dari kematian-Mu yang kejam dan dari tusukan di lambung-Mu, kasihanilah dan berilah kerahiman-Mu bagi jiwa-jiwa malang
dan ijinkanlah mereka untuk bersatu dengan-Mu di surga.
Bapa Kami, Salam Maria, Berikanlah Istirahat Kekal
Doa Litani
Bagi Jiwa-Jiwa Di Api Penyucian
Tuhan, kasihanilah mereka
yang telah meninggal dunia
Kristus, kasihanilah mereka
Tuhan, kasihanilah mereka
Kristus, dengarkanlah kami
Kristus, kabulkanlah doa kami
Allah Bapa di surga, kasihanilah mereka
Allah Putera Penebus, kasihanilah mereka
Allah Roh Kudus, kasihanilah mereka
Allah Tritunggal Kudus Tuhan Yang Maha Esa, kasihanilah mereka
Santa Maria, …….. Doakanlah mereka
Pembawa Allah yang kudus,…..
Santa Perawan segala perawan,…..
Bunda Allah,…..
Bunda Kerahiman,…..
Pintu Surga,…..
Penghibur orang tertindas,…..
Semua Malaikat Kudus dan Malaikat Agung,…..
Santo Mikael,…..
Semua Bapa Bangsa dan Nabi yang kudus,…..
Santo Yohanes Pembaptis,…..
Santo Yosef,…..
Semua rasul dan pewarta injil yang kudus,…..
Semua murid Tuhan yang kudus,…..
Semua anak-anak tak berdosa yang kudus,…..
Semua martir kudus,…..
Semua uskup dan umat beriman yang kudus,…..
Semua guru Gereja yang kudus,…..
Semua imam dan diakon yang kudus,…..
Semua biarawan dan pertapa yang kudus,…..
Semua perawan dan janda yang kudus,…..
Semua orang kudus Allah,…..
Tunjukkanlah belas kasihan-Mu kepada mereka,
ampunilah mereka ya Tuhan !
Tunjukkanlah belas kasihan-Mu kepada mereka,
bebaskanlah mereka ya Tuhan !
Dari segala sesuatu yang menyakitkan ,….
Dari segala murka-Mu,…..
Dari pengadilan-Mu yang sempurna,…..
Dari kegelisahan yang mengganggu suara hati,…..
Dari kesedihan yang paling mendalam,…..
Dari penahanan yang keras,…..
Dari api yang menghanguskan,…..
Dari kerinduan yang menyakitkan,…..
Dari segala hukuman,…..
Demi peristiwa Inkarnasi-Mu yang luar biasa,…..
Demi kelahiran-Mu yang kudus,…..
Demi nama kudus-Mu,…..
Demi pembaptisan dan puasa-Mu,…..
Demi kerendahan hati-Mu yang mendalam,…..
Demi kepatuhan-Mu yang sempurna,…..
Demi kemiskinan-Mu yang mendalam,…..
Demi kesabaran dan kelemah-lembutan-Mu,…..
Demi kasih-Mu yang tak terhingga,…..
Demi penderitaan-MU yang pahit,…..
Demi keringat darah-Mu dalam ketakutan sakrat maut,…..
Demi penahan-Mu
Demi siksaan-Mu yang menyakitkan,…..
Demi pemahkotaan-MU yang tak bebelas kasihan
Demi ejekan yang menghinakan-Mu,…..
Demi ketidak-adilan yang Kau terima di pengadilan-Mu,…..
Demi kepedihan-Mu saat memanggul salib,…..
Demi penyaliban-Mu yang mengerikan,…..
Demi kesepian-Mu saat merasa ditinggalkan,…..
Demi pengorbanan wafat-MU yang suci,…..
Demi kelima luka suci-Mu
Demi lambung-Mu yang ditikam tombak,…..
Demi kebangkitan-MU yang mulia,…..
Demi kenaikan-Mu yang jaya ke surga,…..
Demi kedatangan Roh Kudus,…..
Demi jasa dan perantaraan Bunda-Mu yang kudus,…..
Demi jasa dan perantaraan para Kudus-Mu,…..
Kami para pendosa yang malang
memohon pada-Mu, …..
Agar Engkau melindungi jiwa-jiwa
yang menderita di api penyucian,…..
Agar Engkau menyelamatkan mereka dari kesakitan dan penderitaannya,…..
Agar Engkau memberikan rahmat pada mereka
atas segala perbuatan baik yang dilakukan oleh umat Kristiani,…
Agar Engkau selalu mendengarkan doa-doa kami bagi mereka,…..
Agar Engkau membimbing mereka kedalam cahaya abadi
dengan perantaraan Malaikat Agung Santo Mikael
dan para malaikat Kudus-Mu,…..
Agar Engkau segera memberi mereka sukacita
dengan memerlihatkan wajah-Mu,…..
Agar Engkau menganugerahkan sukacita abadi pada orangtua,
saudara kandung, teman dan orang yang berjasa kepada kami,…..
Agar Engkau membebaskan jiwa-jiwa
yang menyebabkan kami turut menanggung kesalahan mereka,…..
Agar Engkau memberi belas kasih yang istimewa
pada semua jiwa yang sebatang kara,…..
Agar Engkau menganugerahkan damai abadi
bagi semua jiwa-jiwa Kristiani,…..
Agar Engkau mencurahkan kasih-Mu yang Maha Rahim
atas jiwa-jiwa malang ke dalam hati umat Kristiani yang masih hidup,…..
Putera Allah, Raja Kesukaan Abadi.
Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa manusia,
lindungilah mereka ya Tuhan.
Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa manusia, dengarkanlah mereka ya Tuhan.
Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa manusia, kasihanilah mereka ya Tuhan.
Marilah berdoa,
Ya Allah, Tuhan segala yang hidup dan mati,
tunjukkanlah kasih-Mu yang tak terbatas
kepada para hambamu yang percaya dan berharap kepada-Mu.
Hapuskanlah hukuman atas segala kesalahan
yang telah mereka lakukan
dan bebaskanlah jiwa mereka dari penderitaannya.
Kami berdoa dengan perantaraan Perawan Maria yang Kudus
dan demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Uploaded by Tsm
Yang menarik dari Teks Doa Novena Arwah:
- Didalamnya dimuat doa rosario kecil yang mengungkapkan kecintaan Umat kepada Bunda Maria sebagai perantara yang mem bantu penyucian saudara-saudara kita di api penyucian.
- Bagian akhir dari doa novena arwah di isi dengan forum sharing tentang “afeksi doa” yang dialami pada setiap pertemuan doa dari hari pertama sampai hari kesembilan.
- Pada doa novena hari terakhir dilakukan ibadat sabda singkat dengan ungkapan doa dan pembakaran daftar nama-nama arwah yang didoakan selama sembilan hari.
DOA NOVENA ARWAH LINGKUNGAN FILIPUS (WILAYAH TOMAS 2009) PAROKI ROH KUDUS SURABAYA
1. Lagu pembukaan2. Tanda Salib dan Salam
P: Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U: Amin
P: Semoga Allah yang membangkitkan Kristus dari alam maut, melimpahkan rahmat kepada kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya
Pengantar singkat & Pernyataan Tobat
3. Doa Pembukaan
Marilah kita berdoa,
Allah Yang Kekal, Tuhan Yang Kudus,
Bapa dan Pelindung segala ciptaan,
kami mengucap syukur kepada-Mu
karena Engkau telah mengumpulkan kami di sini.
Kami mengarahkan hati kepada-Mu dan memanjatkan doa
bagi mereka yang telah meninggal dunia,
khususnya ………….(dibacaka nama-nama yang didoakan).
Mereka semua adalah putra-putri-Mu yang kami kasihi,
para orang tua, kerabat, teman, saudara kami,
mereka yang telah berjasa kepada kami selama hidupnya,
dan tak lupa juga bagi sesama yang telah menyakiti kami,
yang sangat membutuhkan pengampunan kami.
Ya Allah, kami persembahkan doa Novena arwah hari …ini, untuk menebus segala dosa yang telah mereka perbuat
dan mohon terimalah mereka dalam persekutuan surgawi.
Demi Yesus Kristus Putera-Mu, Tuhan dan pengantara kami, kini dan selama-lamanya, Amin
4. Lagu Pengantar Doa Novena
5. Doa Novena Arwah Hari ke ……… (Lihat halaman 2-6)
6. Doa Rosario Kecil Bagi Jiwa-jiwa di Api Penyucian (Lihat halaman 7 )
7. Litani Bagi Jiwa-jiwa di Api Penyucian (Lihat hal. 8-9)
8. Doa Bapa Kami
Saudara sekalian marilah kita satukan semua doa yang telah kita panjatkan dengan doa yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri.
Bapa Kami…………
9. Doa Penutup
Marilah kita berdoa,
Allah Bapa Yang Mahakuasa dan kekal,
kami menyatakan kepercayaan kami kepada-Mu,
bahwa mereka yang kami doakan
dalam doa novena arwah hari ini,
kini berada dalam perdamaian-Mu.
Kami percaya, bahwa kami bersama mereka
yang telah Kau panggil, merupakan satu keluarga,
satu tubuh dalam Kristus.
Maka berilah kami berkatMu, agar kami senantiasa ingat akan persatuan yang membahagiakan itu.
Demi Yesus Kristus Putera-Mu, Tuhan dan pengantara kami, kini dan selama-lamanya, Amin.
10. Berkat penutup
P: Tuhan beserta kita
U: Sekarang dan selama-lamanya
P: Semoga Yesus Sang Penebus, memperkenankan kita ikut menikmati kebahagiaan abadi di surga.
U: Amin.
P: Semoga kita selalu dibimbing dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa, Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Dengan demikian doa novena kita hari ………. sudah selesai.
U: Syukur kepada Allah.
P: Marilah pergi kita diutus
U: Amin
11. Lagu penutup
Sumber:
Doa-Doa Bagi Jiwa-Jiwa Malang, Imprimatur Rm. Alfons Segar, Pr Vikjen Keuskupan Ruteng, Desember 2004
Rahasia Jiwa-Jiwa di Api Penyucian, Imprimatur Mgr. Eduardus Sangsun SVD – Uskup Ruteng – 19 Juni 2001
Alfons Sene (2002). Ibadat dan Doa Untuk Arwah. Nusa Indah Ende.
Surabaya, 4 Nopember 2008
Disusun oleh: Petrus M. Sektijo
Editor: T. Soemarman
MASING-MASING DOA NOVENA
HARI PERTAMA SAMPAI HARI KESEMBILAN
Doa Novena Hari Pertama (1)
P: Penyebab banyaknya jiwa yang menderita di api penyucian adalah karena dosa yang dilakukan mereka sepanjang hidupnya. Inilah yang menjadi sumber penderitaan mereka (hening sejenak).
P dan U. :
Ya Yesus, Tuhan dan Penyelamatku,
aku juga sering layak berada di neraka.
Betapa menyiksanya pikiran
bahwa aku akan binasa selama-lamanya.
Ya Tuhanku, tunjukkanlah kesabaran-Mu padaku,
aku mengasihi-Mu karena Engkaulah kebaikan yang tak terbatas.
Aku menyesal dengan sepenuh hatiku
karena telah melukai dan menghina Engkau
dan aku berjanji untuk memperbaiki diriku.
Anugerahkanlah rahmat-Mu padaku ya Allah.
Kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang
yang menderita di api penyucian.
Ya Maria, Bunda Allah, pembawa segala Rahmat,
Bunda Damai Abadi,
datanglah menolong jiwa-jiwa malang
dengan kuasa perantaraan-Mu.
Melalui perantaraanmu yang kuat,
semoga Kristus, Puteramu yang paling kaukasihi,
Tuhan dan Allah kami, mengizinkan mereka
untuk ambil bagian dalam suka cita dan kemuliaan-Nya. Amin.
Bapa Kami…… Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 )
Doa Novena Hari Kedua (2)
P: Jiwa-jiwa malang menderita karena menyia-nyiakan waktu mereka selama hidup di dunia. Sebetulnya mereka bisa menghasilkan banyak kebaikan untuk mencapai kerajaan surga, tapi kesempatan itu telah hilang. Dan, kehilangan seperti itu tidak dapat diperbaiki lagi, karena dengan berakhirnya kehidupan didunia berakhir pula waktu dan kesempatan untuk melakukan kebaikan yang berbuah kebahagiaan di surga (hening sejenak).
P dan U:
Allah yang Maha Kuasa dan Kekal,
Adakah yang kuhasilkan selama kehidupan duniawiku,
sehingga aku layak mencapai kehidupan kekal?
Sungguh aku tak pantas dihadirat-Mu,
karena banyak hal kulakukan dengan kesia-siaan
dalam pikiran, perasaan, dan perbuatanku yang duniawi.
Aku berterima kasih kepada-Mu
karena Engkau tetap memberi waktu lebih banyak,
agar aku dapat memperbaiki keburukanku
dan memperoleh berkat-Mu untuk kebahagiaan di surga.
Ya Allah sumber kebaikan, aku menyesal dengan sepenuh hatiku, karena telah menjauh daripada-Mu.
Dampingilah aku, agar sejak saat ini aku senantiasa menyadari,
bahwa tidak ada yang lebih penting bagiku, selain mengasihi dan melayani-Mu.
Kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang,
yang menderita di api penyucian.
Ya Maria, Bunda Allah penuh rahmat,
datanglah menolong jiwa-jiwa malang
dengan kuasa perantaraanmu.
Melalui perantaraanmu yang penuh kuasa dan berharga,
semoga Kristus, Puteramu yang paling kaukasihi,
Tuhan dan Allah kami,
mengizinkan mereka untuk ambil bagian
dalam sukacita dan kemuliaan-Nya yang kekal. Amin.
Bapa Kami…… Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 )
Doa Novena hari ketiga (3)
P: Penderitaan besar dari jiwa-jiwa malang merupakan hal buruk akibat dosa-dosa yang harus mereka alami di api penyucian untuk membersihkan diri. Dalam dunia ini tidak ada seorangpun yang cukup sadar akan keburukan dosa-dosa, namun hal ini akan lebih jelas bila dilihat dari dunia lain (hening sejenak).
P dan U:
Bapa yang Kekal, Allah yang Kudus,
Kudus dan Berkuasa, Kudus dan Kekal,
aku mengasihi-Mu lebih daripada segala sesuatu,
karena Engkaulah kebaikan yang tak terbatas.
Aku menyesal dengan segenap hatiku
karena telah melukai-Mu.
Aku ingin dengan segala kesungguhan hati
tidak lagi menjauh daripada-Mu.
Anugerahkanlah rahmat-Mu, ya Tuhan!
Kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang
yang menderita di tempat penyucian!
Ya Maria, Bunda Allah penuh rahmat,
datanglah menolong jiwa-jiwa malang
dengan kuasa perantaraanmu!
Melalui perantaraanmu yang kuat,
semoga Kristus, Puteramu yang paling kaukasihi,
Tuhan dan Allah kami, mengizinkan mereka
untuk ambil bagian dalam sukacita dan kemuliaan-Nya. Amin
Bapa Kami…… Salam Maria…..
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena hari keempat (4)
P: Jika kita sering menghina Allah, Kasih Yang Abadi, maka hal ini akan melukai kita sendiri. Bagaimanapun juga jiwa-jiwa malang di api penyucian telah melihat sendiri dengan lebih jelas, dan mereka menyatakan, betapa tak terbatasnya kebaikan Allah sehingga mereka akan mengasihi-Nya dengan segenap kekuatannya. Karena inilah, mereka menderita sakit yang tak terkatakan karena telah melukai Allah Yang Maha Besar, sakit yang melebihi segala sakit (hening sejenak).
P dan U:
Allah Yang Maha Kuasa dan Kekal,
aku mengasihi-Mu lebih daripada segala sesuatu,
karena Engkaulah kebaikan yang tak terbatas.
Aku menyesal dengan sepenuh hatiku
karena telah melukai-Mu.
Aku ingin dengan segala kesungguhan hati
tidak lagi melakukan perbuatan dosa.
Biarkanlah aku tetap pada janjiku mulai dari saat ini.
Kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang
yang menderita di api penyucian!
Ya Maria,Bunda Allah penuh rahmat,
datanglah menolong jiwa-jiwa malang
dengan kuasa perantaraanmu!
Melalui perantaraanmu yang kuat, semoga Kristus,
Puteramu yang paling kaukasihi, Tuhan dan Allah kami, mengizinkan mereka untuk ambil bagian dalam sukacita dan kemuliaan-Nya. Amin
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena Hari Kelima (5)
P: Jiwa-jiwa di api penyucian tidak mengetahui kapan deritanya akan berakhir. Bagaimanapun juga mereka punya keyakinan suatu saat nanti mereka akan dibebaskan. Namun lamanya waktu yang tidak diketahui dalam menjalani hukuman merupakan kesakitan yang besar bagi mereka (hening sejenak).
P dan U:
Ya Allah yang kebaikan-Nya tak terbatas,
aku mengasihi-Mu melebihi segala sesuatu.
Aku menyesal dengan sepenuh hatiku
karena telah melukai-Mu.
Aku ingin dengan segala kesungguhan hati
untuk memberi-Mu sukacita.
Biarkanlah aku istirahat, ya Allah, dalam damai-Mu!
Bapa Yang kekal, Allah Yang Kudus,
Kudus dan Berkuasa, Kudus dan Kekal,
kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang
yang menderita di api penyucian!
Ya Maria,yang dikandung tanpa noda, doakanlah kami yang berlindung kepadamu.
Santa Maria, Perawan yang tak bercela dan Bunda Allah, datanglah menolong jiwa-jiwa malang dengan kuasa perantaraanmu! Amin.
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena Hari Keenam (6)
P: Kesadaran mengenai Sengsara Yesus Kristus yang pahit dan Sakramen Maha Kudus di altar merupakan penghiburan besar bagi jiwa-jiwa di api penyucian, karena sampai saat ini mereka masih merasakan dirinya diselamatkan melalui sengsara-Nya yang pahit. Mereka sebenarnya menerima begitu banyak rahmat melalui Komuni Kudus. Tetapi, mereka justru menjalani kepedihan tak terkira karena mengetahui bahwa selama hidupnya mereka tidak memikirkan kedua bukti terbesar kasih Yesus pada mereka (hening sejenak).
P dan U:
Tuhanku dan Allahku, Engkau wafat di kayu salib bagiku.
Betapa sering Engkau memberikan diri-Mu
dalam rupa Komuni Kudus dan aku tidak berterima kasih
atas anugerah-Mu ini.
Aku ingin dengan segala kesungguhan hati
ntuk tidak melukai-Mu lagi, Engkau Yang Maha Agung dan Allah Yang Maha Kudus.
Anugerahkanlah padaku, ya Penebus, Kerahiman-Mu dan Kasih-Mu!
Ya Allah, Kasih karuniaku yang terbesar,
kasihanilah aku dan kasihanilah pula jiwa-jiwa malang
yang menderita di api penyucian!
Ya Maria, Bunda Allah, Bunda segala umat manusia, datanglah menolong jiwa-jiwa malang dengan kuasa perantaraanmu! Amin.
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena Hari Ketujuh (7)
P: Kepedihan luar biasa yang dialami jiwa-jiwa malang, yang seluruhnya tergantung pada pertolongan kita, meningkat bila mereka menyadari kebaikan karya Allah. Mereka menpunyai orangtua Kristiani, bertumbuh dalam iman, tidak ada sesuatupun yang terabaikan bila mereka datang kepada rahmat Allah. Kesemuanya ini memberi tekanan yang lebih banyak, betapa tidak berterima kasihnya mereka selama hidup di dunia (hening sejenak).
P dan U:
Allah Yang Mah Kuasa dan Kekal,
akupun makhluk yang tak tahu berterima kasih.
Engkau menantiku dengan kesabaran yang besar,
begitu sering Engkau mengampuni segala dosaku,
dan aku, setelah banyak berjanji, terus menerus melukai-Mu.
Ya Allahku, Bapa di surga, kasihanilah aku.
Aku menyesal telah melukai-Mu dan berjanji untuk sungguh-sungguh mempersembahkan kepada-Mu pemulihan.
Kasihanilah pula jiwa-jiwa malang di tempat penyucian.
Hapuskanlah mereka dari kesalahan dan hukuman.
Bebaskanlah mereka segera dan perkenankanlah mereka
mejadi perantara untukku dan segala keperluanku.
Ya Maria, pelindung dan penolong kami, datanglah menolong jiwa-jiwa malang dengan kuasa perantaraanmu! Amin.
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena hari Kedelapan (8)
P: Jiwa-jiwa malang tak dapat menolong dirinya sendiri, menderita karena kenyataan bahwa begitu banyak orang di dunia ini tidak tahu apa yang mereka lakukan. Mereka hidup tanpa sekalipun memikirkan Allah, keabadian dan masa depan kehidupan mereka serta belum mempersiapkan pertemuan mereka dengan Penciptanya pada saat kematian (hening sejenak).
P dan U:
Allah Yang Maha Kuasa dan Kekal,
lindungilah aku dari hati tak bersemangat dan sikap masa bodoh.
Perkenankanlah aku sekarang menyadari
nilai-nilai sejati kehidupan ini,
menghitung hari-hariku
dan selalu datang semakin dekat kepada-Mu
sampai aku dapat melihat, menyembah dan memuji-Mu
dalam kerajaan abadi-Mu.
Ya Maria, yang dikandung tanpa noda,
doakanlah kami yang berlindung padamu.
Santa Maria, Bunda Allah, perantara segala rahmat,
datanglah kepada kami dan kepada semua jiwa-jiwa malang dengan kuasa perantaraanmu. Amin.
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
Doa Novena hari kesembilan (9)
P: Penderitaan jiwa-jiwa malang sangat luar biasa karena kegagalan mereka sendiri, dan lamanya waktu penyucian. Bagaimanapun juga penderitaan yang paling hebat adalah terpisah dari Allah dan tidak dapat memandang-Nya (hening sejenak).
P dan U:
Allah Yang Maha Kuasa dan Kekal,
bagaimanakah aku dapat melampaui banyak tahun,
tetapi berbuat dosa dan berada jauh dari segala rahmat-Mu?
Ampunilah Aku, Tuhanku dan Allahku!
Jangan biarkan aku kehilangan rahmat-Mu lagi!
Aku juga mohon rahmat dan belas kasih-Mu
bagi jiwa-jiwa malang.
Ringankanlah penderitaan mereka,
persingkatlah waktu pembuangan mereka
dan biarkanlah mereka segera melihat suka cita abadi-Mu.
Santa Maria, Bunda Allah,
doakanlah kami para pendosa yang malang,
khususnya pada waktu kami mati.
Ya Maria, Perawan yang dikandung tanpa noda
dan Bunda Allah, perantara segala rahmat, Ratu para Kudus, pemenang segala pertempuran Allah,
datanglah menolong kami dan semua jiwa-jiwa malang
dengan kuasa perantaraanmu. Amin.
Bapa Kami……, Salam Maria……
Berikanlah istirahat kekal……(Lihat halaman 7 ) Amin.
DOA ROSARIO KECIL
UNTUK JIWA-JIWA DI API PENYUCIAN
1. Yesusku, demi kebajikan dari semua keringat darah-Mu
di Taman Getsemani,
kasihanilah jiwa saudara-saudaraku terkasih
yang menderita di api penyucian.
Bapa Kami, Salam Maria, Berikanlah Istirahat Kekal
2. Yesusku, demi kebajikan dari penghinaan dan ejekan
yang Kau derita di pengadilan,
pada waktu Engkau diperlakukan sebagai orang gila
dan ditukar dengan seorang penjahat,
kasihanilah jiwa-jiwa di api penyucian
yang menanti dimuliakan dalam kerajaan Kudus-Mu.
Bapa Kami, Salam Maria, Berikanlah Istirahat Kekal
3. Yesusku, demi kebajikan dari mahkota duri
yang menusuk Kepala Suci-Mu,
kasihanilah jiwa-jiwa yang paling terbuang serta terlupakan,
dan yang paling jauh dari pembebasan penderitaan
di api penyucian.
Bapa Kami, Salam Maria, Berikanlah Istirahat Kekal
4. Yesusku, demi kebajikan dari langkah-Mu
yang sangat menyakitkan
saat Kau memanggul salib di bahu-Mu,
kasihanilah jiwa-jiwa malang
yang mendekati pembebasan penderitaan
di api penyucian.
Demi kebajikan dari semua penderitaan
yang Kau rasakan bersama Bunda Kudus-Mu
saat Engkau bertemu dengannya dijalan menuju Kalvari, bebaskanlah jiwa-jiwa yang berdevosi kepada Bunda Terkasih-Mu dari api penyucian mereka.
Bapa Kami, Salam Maria, Berikanlah Istirahat Kekal
5. Yesusku, demi kebajikan dari tubuh kudus-Mu
yang terentang di kayu salib,
dari kaki dan tangan Suci-Mu yang ditusuk paku,
dari kematian-Mu yang kejam dan dari tusukan di lambung-Mu, kasihanilah dan berilah kerahiman-Mu bagi jiwa-jiwa malang
dan ijinkanlah mereka untuk bersatu dengan-Mu di surga.
Bapa Kami, Salam Maria, Berikanlah Istirahat Kekal
Doa Litani
Bagi Jiwa-Jiwa Di Api Penyucian
Tuhan, kasihanilah mereka
yang telah meninggal dunia
Kristus, kasihanilah mereka
Tuhan, kasihanilah mereka
Kristus, dengarkanlah kami
Kristus, kabulkanlah doa kami
Allah Bapa di surga, kasihanilah mereka
Allah Putera Penebus, kasihanilah mereka
Allah Roh Kudus, kasihanilah mereka
Allah Tritunggal Kudus Tuhan Yang Maha Esa, kasihanilah mereka
Santa Maria, …….. Doakanlah mereka
Pembawa Allah yang kudus,…..
Santa Perawan segala perawan,…..
Bunda Allah,…..
Bunda Kerahiman,…..
Pintu Surga,…..
Penghibur orang tertindas,…..
Semua Malaikat Kudus dan Malaikat Agung,…..
Santo Mikael,…..
Semua Bapa Bangsa dan Nabi yang kudus,…..
Santo Yohanes Pembaptis,…..
Santo Yosef,…..
Semua rasul dan pewarta injil yang kudus,…..
Semua murid Tuhan yang kudus,…..
Semua anak-anak tak berdosa yang kudus,…..
Semua martir kudus,…..
Semua uskup dan umat beriman yang kudus,…..
Semua guru Gereja yang kudus,…..
Semua imam dan diakon yang kudus,…..
Semua biarawan dan pertapa yang kudus,…..
Semua perawan dan janda yang kudus,…..
Semua orang kudus Allah,…..
Tunjukkanlah belas kasihan-Mu kepada mereka,
ampunilah mereka ya Tuhan !
Tunjukkanlah belas kasihan-Mu kepada mereka,
bebaskanlah mereka ya Tuhan !
Dari segala sesuatu yang menyakitkan ,….
Dari segala murka-Mu,…..
Dari pengadilan-Mu yang sempurna,…..
Dari kegelisahan yang mengganggu suara hati,…..
Dari kesedihan yang paling mendalam,…..
Dari penahanan yang keras,…..
Dari api yang menghanguskan,…..
Dari kerinduan yang menyakitkan,…..
Dari segala hukuman,…..
Demi peristiwa Inkarnasi-Mu yang luar biasa,…..
Demi kelahiran-Mu yang kudus,…..
Demi nama kudus-Mu,…..
Demi pembaptisan dan puasa-Mu,…..
Demi kerendahan hati-Mu yang mendalam,…..
Demi kepatuhan-Mu yang sempurna,…..
Demi kemiskinan-Mu yang mendalam,…..
Demi kesabaran dan kelemah-lembutan-Mu,…..
Demi kasih-Mu yang tak terhingga,…..
Demi penderitaan-MU yang pahit,…..
Demi keringat darah-Mu dalam ketakutan sakrat maut,…..
Demi penahan-Mu
Demi siksaan-Mu yang menyakitkan,…..
Demi pemahkotaan-MU yang tak bebelas kasihan
Demi ejekan yang menghinakan-Mu,…..
Demi ketidak-adilan yang Kau terima di pengadilan-Mu,…..
Demi kepedihan-Mu saat memanggul salib,…..
Demi penyaliban-Mu yang mengerikan,…..
Demi kesepian-Mu saat merasa ditinggalkan,…..
Demi pengorbanan wafat-MU yang suci,…..
Demi kelima luka suci-Mu
Demi lambung-Mu yang ditikam tombak,…..
Demi kebangkitan-MU yang mulia,…..
Demi kenaikan-Mu yang jaya ke surga,…..
Demi kedatangan Roh Kudus,…..
Demi jasa dan perantaraan Bunda-Mu yang kudus,…..
Demi jasa dan perantaraan para Kudus-Mu,…..
Kami para pendosa yang malang
memohon pada-Mu, …..
Agar Engkau melindungi jiwa-jiwa
yang menderita di api penyucian,…..
Agar Engkau menyelamatkan mereka dari kesakitan dan penderitaannya,…..
Agar Engkau memberikan rahmat pada mereka
atas segala perbuatan baik yang dilakukan oleh umat Kristiani,…
Agar Engkau selalu mendengarkan doa-doa kami bagi mereka,…..
Agar Engkau membimbing mereka kedalam cahaya abadi
dengan perantaraan Malaikat Agung Santo Mikael
dan para malaikat Kudus-Mu,…..
Agar Engkau segera memberi mereka sukacita
dengan memerlihatkan wajah-Mu,…..
Agar Engkau menganugerahkan sukacita abadi pada orangtua,
saudara kandung, teman dan orang yang berjasa kepada kami,…..
Agar Engkau membebaskan jiwa-jiwa
yang menyebabkan kami turut menanggung kesalahan mereka,…..
Agar Engkau memberi belas kasih yang istimewa
pada semua jiwa yang sebatang kara,…..
Agar Engkau menganugerahkan damai abadi
bagi semua jiwa-jiwa Kristiani,…..
Agar Engkau mencurahkan kasih-Mu yang Maha Rahim
atas jiwa-jiwa malang ke dalam hati umat Kristiani yang masih hidup,…..
Putera Allah, Raja Kesukaan Abadi.
Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa manusia,
lindungilah mereka ya Tuhan.
Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa manusia, dengarkanlah mereka ya Tuhan.
Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa manusia, kasihanilah mereka ya Tuhan.
Marilah berdoa,
Ya Allah, Tuhan segala yang hidup dan mati,
tunjukkanlah kasih-Mu yang tak terbatas
kepada para hambamu yang percaya dan berharap kepada-Mu.
Hapuskanlah hukuman atas segala kesalahan
yang telah mereka lakukan
dan bebaskanlah jiwa mereka dari penderitaannya.
Kami berdoa dengan perantaraan Perawan Maria yang Kudus
dan demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Uploaded by Tsm
Posted in 1
Novena Arwah Tahun 2010
TEMA KHUSUS NOVENA ARWAH 2010: Dalam Naungan Para Kudus
Novena Arwah tahun 2010 mulai dengan susana
Pesta Para Kudus tanggal 1 Nopember 2010, lalu Misa Arwah tanggal 2
Nopember 2010. Novena dimulai tanggal 3 Nopember dan berakhir tanggal 12
Nopember.
Sangat indah novena kali ini, karena dapat
fokus dengan suasana naungan para kudus. Novena arwah hendak mencoba
membantu para pendahulu agar dapat merasakan kesejukan paduan suara para
kudus.
Novena kali ini, juga dapat fokus kepada
peran Bunda Maria sebagai Ratu Api Penyucian. Semoga Bunda terkasih
mengantarkan para arwah dari api penyucian menuju kehadapan Allah Bapa
dengan pandangan yang jernih atau Direct Vision — Terjadilah padaku
seperti perkataanmu. Amin
2 Nopember 2010
Posted in Renungan
KEMATIAN KRISTIANI: Persiapan yang membahagiakan dalam pengalaman Liturgi dan Doa
Gereja mendorong umatnya agar senantiasa
berani mempersiapkan diri menyongsong kematian (Chapman, 1014)
sebagaimana didaraskan dalam doa Litani Para Kudus:” Dari kematian
kekal, bebaskanlah kami.” Dalam doa Salam Maria, kita juga meminta Bunda
Yesus untuk mendoakan kita sebagai pendosa yang memohon kerahiman Allah
untuk waktu sekarang sampai saat kematian kita. Dalam Bacaan “Imitatio
Christi” atau “Imititation of Christ” bahkan dengan tegas ditunjukkan
bahwa “ jika kita tidak siap menghadapi kematian sekarang, maka kelak
kita juga tidak pernah akan bersedia menyongsong kematian itu dengan
cara mempersiapkan diri bersih dari dosa dan mengarahkan segala pikiran
serta tindakan kepada apa yang terjadi disaat kematian kekal itu
(Imitatio Christi I, 23, I).
Jika
kematian bagi umat beriman (kristiani) bukanlah akhir dari segalanya,
melainkan kehidupan yang diubah agar mengalami kehidupan kekal, maka
persiapan yang dilakukan untuk saat itu adalah persiapan masuk kedalam
perubahan “dari hidup yang fana kepada hidup abadi” (Chapman,
1008-1011). Jauh sebelum kematian itu sendiri tiba atau menjelang, umat
diharapkan telah bertumbuh dalam semangat perubahan yang mengarah kepada
kesiapan berpindah dari yang fana kepada keabadiaan. Semangat perubahan
harus menjiwai hidup kristiani kita, terutama dengan meninggalkan
segala sesuatu yang “sia-sia” atau fana, menjauhkan diri dari “yang
bersifat sementara” atau instan belaka, mengekang diri dari nafsu dan
keserakahan, yang selalu memuaskan diri untuk pemuasan hidup sesaat
saja.
Dalam
semangat perubahan tersebut di atas, umat beriman boleh belajar untuk
mengalami kembali panggilannya menurut dimensi “hidup eskatologis.”
Yaitu, menghayati hidup kristianinya sekarang dengan penjiwaan dan
perilaku hidup kekal di surga bersama Yesus yang telah bangkit dan hidup
abadi bersama Bapa. Kita masih boleh memiliki apa saja, tapi tidak
perlu menguasainya, apalagi terkuasai. Yang diperlukan bukan sekedar
kemandirian terhadap apa yang kita miliki, lebih dari itu kita perlu
menjadi mampu memberi makna terhadap segala sesuatu yang dipercayakan
kepada kita. Panggilan kristiani sepanjang hidup sampai memasuki saat
perubahan atau kematian dan sesudahnya harus semakin menyerupai
“perubahan Tuhan Yesus” yang menderita di salib dan wafat, kemudian
bangkit serta naik ke Surga dalam kesempurnaanNya.
Mengapa
umat beriman menjadi siap atau berani menyongsong kematiannya? Dari
pengalaman hidup doa atau liturgi, kita mendapatkan paling sedikit dua
jawaban atas pertanyaan itu:
- Kematian yang dimohonkan dan bukan “terpaksa diterima” akan menghasilkan berkat yang melimpah dengan kegembiraan abadi
- Dibalik tabir kematian, kita akan menemukan fakta bahwa Tuhan ternyata penuh kasih karena tidak menghendaki kematian manusia. Tuhan justru hendak mewujudkan janjiNya, yaitu “memulihkan kehi-dupan kekal manusia yang telah dirampas oleh dosa menjadi kehidupan fana yang dibayangi oleh kematian seram-menakutkan.”
Yang pertama,
kesadaran akan datangnya kematian seharusnya mengingatkan umat beriman
bahwa “waktunya tidak panjang, melainkan sangat singkat untuk memperoleh
pemenuhan hidup” (Eccl 12:1. 7). Hidup didunia dengan proses kelahiran,
masa belajar, merintis dan meraih kesuksesan, sampai saat ajal,
seluruhnya berjalan sangat cepat. Hal itu ditandai oleh kejadian demi
kejadian dimana kita seringkali lupa atau mengabaikan peran Allah
didalam perjalanan hidup itu. Fokus kita seringkali sempit, karena hanya
menghadapi apa yang terjadi disekitar kita saat demi saat, tetapi
sangat jarang menyelami makna dinamis kehidupan abadi dibalik peristiwa
sehari-hari. Padahal, makna dinamis itu amat nyata hadir sebagai kasih
Allah yang memeluk kita setiap saat dengan cinta yang utuh dan total
seperti diwujudkan dalam kematian dan kebangkitan Yesus.
Manusia
dalam hidupnya sehari-hari terlalu terbiasa “puas” dengan lingkungan
disekitarnya. Kita bahkan cenderung mencari kepuasan itu dan memastikan
jaminan rasa aman diri sendiri. Ketidakpastian dihindari, kekurangan dan
kepapaan tidak dihayati dengan tegar, kesepian dan keterasingan diganti
oleh hingar-bingar kepalsuan dan oleh penipuan diri serta
perselingkuhan. Dibalik semua itu kesungguhan untuk mencari Tuhan,
menemukanNya, dan mengalami KasihNya justru tidak pernah dikelola
menjadi warna hidup umat beriman, menjadi penghayatan panggilan yang
tegas dan bermakna. Akibatnya, kesadaran akan datangnya kematian lebih
dialami sebagai “waktunya hampir habis” untuk berpuas-puas dengan
lingkungan hidup disekitarnya itu. Sehingga, manusia menjadi takut
kehilangan semua yang fana itu. Ketakutan akan yang fana itu seringkali
mencekam sampai ia tidak merasakan bahwa sepanjang hidupnya lebih banyak
melupakan “usaha mendekat kepada Allah.” Padahal, seharusnya kehilangan
perasaan akan Allah atau kehilangan kerinduan akan Allah merupakan akar
ketakutan yang dahsyat. Terpisah dari Allah merupakan petaka, tetapi
mengapa manusia justru terbuai untuk memeluk kepuasan dunia sekitarnya?
Kiranya,
manusia tidak boleh terlambat untuk kembali memohon perasaan akan Allah
atau kerinduan kepadaNya. Jika sepanjang hidupnya manusia berkali-kali
meminta pemenuhan rejeki serta kesehatan, dan Allah selalu menyediakan
serta memenuhinya, maka tentang perasaan akan Allah atau kerinduan
kepadaNya seharusnya juga dimohonkan terus-menerus. Terutama, memohon
perasaan dan kerinduan akan Tuhan itu sebagai “persiapan kematian.”
Permohonan
untuk memiliki perasaan dan kerinduan akan Tuhan harus menjadi
kebiasaan dan kegiatan rutin terus-menerus. Agar Allah mengabulkannya
terus-menerus pula. Permohonan seperti itu akan maksimal terjadi jika
dialami dalam doa yang menyatukan diri kita atau menggabungkan diri kita
dengan mereka yang telah menang dan hidup bersama Kristus. Dalam doa
Litani Para Kudus, kita dapat mengalami hal itu. Perasaan akan Allah dan
kerinduan kepadaNya justru akan dialami dalam persekutuan dengan Para
Kudus atau Santo-santa yang memuji Allah sepanjang masa. Perasaan akan
Allah dan kerinduan kepadaNya menjadi sempurna terbentuk dalam hidup
panggilan kristiani jika semua itu disatukan dalam panggilan komunitas
atau panggilan gereja, baik yang masih mengembara di dunia maupun gereja
yang telah menang (para kudus dan umat beriman yang telah berpulang
mendahului kita). Bagaimanakah jika semua itu sangat sulit kita rasakan
kembali, terutama jika kita justru merasa “kehabisan waktu, karena umur
semakin senja dan kemampuan semakin renta?”
Salah
satu kesempatan yang seharusnya terkembang sejak kita masih kanak-kanak
dan remaja adalah kesempatan belajar berdoa kepada Bunda Maria.
Pengalaman doa disekitar Bunda Maria seharusnya membuat kita
terus-menerus mengalami kedekatan kita dengan Beliau, sama seperti
ketika terjadi peristiwa “Yesus mengubah air menjadi anggur di pesta
nikah Kanaan.” Kita juga mesti terbiasa meminta Bunda Maria untuk
memintakan kepada Yesus agar hidup kita, yang terus-menerus mengalir
seperti air yang sia-sia karena cepat kering setiap saat, dapat
diubahNya menjadi anggur kehidupanNya. Mengapa kita tidak peka merasakan
kesediaan Bunda Maria yang setiap saat dapat menghadirkan Yesus bagi
kita. Dengan doa Salam Maria bisa kita alami betapa Bunda kita bersedia
dan mampu membuat Yesus mengubah hidup kita menjadi hidupNya yang dekat
selalu dengan Allah Bapa. Apalagi, jika permohonan kepada Bunda Maria
itu disatukan dalam perasaan utuh kita melalui Litani Para Kudus.
Yang kedua,
dibalik tabir kematian ternyata Tuhan hadir penuh kasih karena Dia
tidak menghendaki kematian manusia. Tuhan justru hendak mewujudkan
janjiNya, yaitu “memulihkan kehidupan kekal manusia.” Kenyataan
pengalaman dibalik tabir kematian adalah kenyataan pengalaman “perasaan
dekat denganNya yang terpenuhi secara utuh dan bersatu dalam KasihNya
secara utuh pula.” Mengapa orang tidak tegas meyakini apa yang terjadi
sesudah kematian sebagaimana dialami oleh Yesus.? Tidak pernah ada orang
mati yang hidup kembali dan seterusnya hidup abadi sempurna adanya
seperti Yesus. Itu semua terjadi sebagai bukti bahwa Allah telah dan
terus-menerus memulihkan setiap manusia untuk mengalami hidup kekal.
Tetapi, tentu saja pemenuhan janji serupa itu berlaku untuk gambaran
hidup kekal yang bersih dari dosa. Dengan cara itu Tuhan telah memutus
mata-rantai dosa yang mengakibatkan kematian manusia. Dengan dosanya
manusia telah terpisah dari Allah dan menanggung kematian tanpa arah
keabadian dalam hidup kekal. Dengan dosanya, manusia akan mati dalam
keabadian api neraka dan jauh dari KasihNya. Sebaliknya, dengan
kematiannya dalam Yesus, maka manusia akan mati juga tetapi dalam
keabadian kasih Bapa. Keabadian kasih itu tidak akan memisahkan lagi
manusia dari pencipta dan pencintanya yang Maha Agung.
Oleh
karena itu, fakta kematian yang dihadapi dan harus dialami oleh setiap
orang hendaknya menjadi fakta kematian dan kebangkitan Yesus dalam
panggilan dirinya masing-masing. Penghayatan panggilan umat beriman
melalui doa Salam Maria dan Litani Para Kudus memperkayakan penemuan
fakta kematian yang indah itu. Mohonlah apa yang kamu minta dalam
kematianmu, Tuhan pasti memberi. Masuklah segera bersama Bunda Maria dan
Para Kudus dengan leluasa, walaupun pintunya sempit.
Surabaya, 17 April 2009
Sumber:
· Geoffrey Chapman. 1994. Cathechism of The Catholic Church. A Cassell Imprint Villiers House, London.
· Mateus 7: 7-14; Ibrani 9: 11-28
Posted in Renungan
Menyambut Natal 2008
Keluarga Katolik: Bertumbuh dalam Iman dan Kedewasaan
Renungan Adven 2008 Minggu Pertama
Sabtu 7 Desember 2008 – Empat Tipe Pertobatan
Lukas 3: 1-17 dan Galatia 3: 11-17
Sebelum
Yesus datang dan dibabtis di sungai Jordan, sekelompok orang telah
menerima babtisan lebih dahulu dari Yohanes Pemandi. Tetapi mereka tidak
tahu harus berbuat apa sesudah babtisan itu. Mereka tidak tahu
bagaimana bersikap dan bertindak dalam pertobatan yang dinyatakan lewat
babtisan mereka. Sementara itu Yohanes memberikan gambaran tentang Allah
yang berkuasa atau Allah yang telah siap bertindak sesuatu kepada
mereka seperti yang diserukannya kepada mereka: “Siapakah yang
mengatakan kepada kamu supaya melarikan diri dari murka yang akan
datang? Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan” (Lukas
3: 7-8).
Selanjutnya
Yohanes menegaskan “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap
pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang
ke dalam api” (Lukas 3: 9). Kepada orang banyak itu Yohanes
memberi petunjuk agar mereka melakukan hal-hal yang baik sebagai buah
pertobatan. Yohanes juga memberitahukan kepada mereka bahwa dirinya
bukan Mesias seperti yang mereka harapkan. Tetapi Mesias itu akan datang
dan akan membabtis mereka dengan Roh Kudus dan dengan api (Lukas 3:
16).
Peristiwa
babtisan banyak orang dan peran Yohanes Pemandi tersebut di atas
mempunyai kaitan erat dengan kedatangan Yesus. Dengan babtisan yang
diberikan oleh Yohanes saja mereka disadarkan untuk bersikap dan
bertindak yang sesuai dengan pertobatan. Dengan babtisan seperti itu
mereka dituntut untuk menghasilkan buah-buah pertobatan. Mereka diminta
berbuat baik sebagai tanda bahwa mereka sudah dibabtis (Lukas 3: 11-14)
dan diharapkan siap menerima babtisan dari Yesus dengan kuasa Roh Kudus
dan dengan api (Lukas 3: 16-17).
Bagaimanakah
perbuatan baik sebagai buah pertobatan telah dilakukan oleh keluarga
katolik? Bukankah mereka telah menerima babtisan dari Yesus Kristus,
bahkan mereka telah dibentuk menjadi keluarga katolik dengan sakramen
perkawinan? Tentu saja perbuatan baik keluarga katolik diharapkan
memiliki kualitas yang jauh lebih sempurna dibanding perbuatan baik yang
digambarkan oleh Yohanes Pemandi kepada umatnya pada waktu itu.
Perbuatan baik yang menjadi buah pertobatan keluarga katolik diharapkan
lebih sempurna, karena bukan sekedar dilakukan dengan alasan “takut akan
peradilan Allah atau murka Allah” semata. Kualitas perbuatan baik dari
keluarga katolik diwujudkan dalam tindakan sehari-hari dengan kesadaran
penuh akan kehadiran Yesus ditengah hidup mereka. Keluarga katolik
berbuat baik, karena Yesus hidup bersama mereka.
Tetapi,
apakah pada kenyataannya kualitas perbuatan baik keluarga katolik
memang istimewa? Apakah perbuatan baik menjadi wujud keutamaan yang
telah dianugerahkan kepada mereka? Apakah bedanya dibanding dengan
perbuatan baik orang-orang lain di tengah masyarakat pada umumnya?
Jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas perlu direnungkan dalam
kaitannya dengan arti pertobatan. Karena, jika perbuatan baik yang
menjadi buah pertobatan dianggap penting, maka kualitas pertobatan juga
menjadi masalah renungan yang penting, bahkan menjadi masalah hidup
sehari-hari yang serius pula. Apakah bertobat hanya untuk bersih-bersih
diri? Apakah perbuatan baik dapat dilakukan begitu saja tanpa kaitan
dengan proses tobat atau tindakan pertobatan? Kiranya renungan keluarga
katolik di masa adven tahun 2008 perlu mencari model pertobatan dan
perbuatan baik yang integral, yaitu pertobatan dan perbuatan baik yang
dapat dihayati secara utuh-terpadu. Apakah keluarga katolik saat ini
memiliki kerinduan untuk itu?
Pada
kenyataan hidup sehari-hari terdapat pengalaman keluarga katolik yang
beragam menyangkut pengalaman pertobatan dan perbuatan baik. Keberagaman
itu dapat dicatatkan di sini sebagai rekaman dari berbagai kesempatan
bagi-rasa di lingkungan-lingkungan Keluarga Katolik. Keberagamannya
dapat digambarkan dengan tingkatan-tingkatan tipe sederhana sebagai berikut:
Tipe pertama
adalah keluarga katolik yang dalam perjalanan hidupnya mengalami
kekeringan hidup rohani dan hampa makna. Keluarga seperti itu bergumul
dalam berbagai kesulitan dan kesuksesan hidupnya yang seolah berjalan
dengan kekuatannya sendiri. Label katolik disandangnya, tetapi kesulitan
dan sukses yang dialami tak jauh berbeda dibanding orang kebanyakan.
Tak ada kata tobat yang bergema. Yang ada di sana adalah kamus gagal
atau berhasil. Bahkan, kamus “mengadu nasib atau untung-untungan” sangat
sering dipakai di sana. Perhitungan untung-rugi, menghindari sakit dan
mencari nikmat atau hedonisme, dan tergila-gila kepada azas manfaat
semata-mata, semua itu menjadi orkestrasi-musik kehidupan sehari-hari.
Cara
bersikap, cara bertindak, dan cara hidup dari sebagian keluarga katolik
seperti tipe pertama ini menjadi lebur seperti bentuk atau pola hidup
masyarakat konsumtif atau konsumeristis, dan seperti masyarakat masakini
yang seolah lupa Tuhan. Perbuatan baik bagi tipe pertama ini adalah
perbuatan yang membuat mereka aman dengan dirinya sendiri. Perbuatan
baik hanya dipahami sebagai tindakan-tindakan untuk mengatasi kesulitan,
bangkit dari kegagalan, dan mempertahankan serta melipatgandakan sukses
dirinya sendiri terus-menerus. Tipe pertama ini mungkin bukan keluarga
katolik yang malas atau ceroboh. Bisa jadi tipe itu melahirkan anggota
keluarga katolik yang rajin dan pekerja kerjas. Tetapi, yang kurang di
sana adalah melakukan pertobatan sebagai sebuah sakramen penyucian hidup
dan menyatukannya dengan hidup Yesus melalui sakramen-sakramen lain.
Tipe kedua
adalah keluarga katolik yang pernah atau sering berusaha bertobat dan
berupaya berbuat baik, tapi merasa belum berhasil. Untuk bangkit dari
keterpurukan dosa dan cacat-cacat pribadi dirasakan masih berat. Oleh
berbagai alasan, pertobatan dan perbuatan baik menjadi tertunda
terus-menerus. Tetapi pada sebagian keluarga katolik seperti ini telah
muncul kerinduan untuk “kembali ke jalur hidup iman dan rohani.” Namun,
gambaran hidup iman dan hidup rohani macam apa yang hendak dipertegas
dalam pilihan hidupnya ke depan, seringkali tidak jelas. Mengapa kabur
dan tidak tegas kembali ke jalur? Jawabannya adalah “seringkali tidak
tahu dan/atau terkadang tidak mau kendati sudah tahu.”
Salah
satu alasan kekaburan untuk kembali ke jalurnya pada tipe kedua
keluarga katolik di atas adalah kekaburan yang disebabkan oleh sikap
ragu dan kecenderungan suam-suam kuku dalam mengelola hidup dirinya dan
keluarganya. Kompromi dan keraguan menjadi warna hidup kekatolikannya
sehari-hari. Alasannya? Banyak tekanan dan godaan dari hidup
sehari-hari. Di sisi lain, hidup iman dan kedewasaan rohaninya belum
sempat digambarkannya, atau mungkin belum pernah dirindukannya. Kecuali,
label katolik dijalankan sesuai aturan yang pernah dikenalnya atau
didengarnya. Lagipula, semakin lama semua itu luntur bersamaan dengan
arus deras tawaran-tawaran godaan hidup sehari-hari. Nurani katoliknya
tidak terkembang. Rutinitas ibadat atau liturgi dijalani tanpa mendarat
kepada sentuhan batin dan dinamika kedalaman hidup. Ditambah lagi
layanan iman dari pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk membantu
pembinaannya bahkan mentah atau tidak tertangkap dengan baik.
Tipe ketiga
adalah keluarga katolik yang tekun berdoa dan sibuk-aktif dalam
kegiatan umat dilingkungannya sampai paroki. Siklus hidup liturgi,
berbagai ritual, sejumlah ajaran gereja, macam-macam keteladan hidup
para kudus, dan macam-macam kebiasaan serta tradisi hidup menggereja,
semua yang sejenis itu ditekuni dan dijalani dengan bersemangat.
Keluarga katolik seperti itu dalam hidupnya sehari-hari mengalami
kesulitan dan sukses secara seimbang. Masing-masing anggotanya dalam
keluarga katolik seperti itu terbiasa melihat manfaat ditengah
kesulitan. Mereka juga mampu mengukir harapan ditengah kegalauan dan
kesusahan. Puji syukur dilantunkan ketika rejeki dan berkah melimpah.
Sukses tidak membuat keluarga ini takabur, sombong, atau lupa diri dan
lupa daratan. Berderma dan mengasihi sesama mungkin sesekali dilakukan.
Kolekta dan persembahan juga ditepati. Dan, masih banyak hal baik
dilakukan sebagai orang katolik. Tapi, keluarga katolik tipe ketiga ini
merasa menjadi umat yang masih belum maksimal dalam menjiwai
kekatolikannya. Alasannya, mereka merasa sekadar menjadi umat yang mesti
patuh kepada Gereja. Apa yang diberikan oleh Gereja dan apa yang
tersedia di sana diambilnya dan dijadikan pegangan hidup. Walaupun
pengalaman hidup iman dan rohani yang ada nampaknya tak mampu mereka
jelaskan. Karena semuanya diberikan, tersedia, dan bisa serta biasa
diambilnya. Pengalaman perjumpaan pribadi dengan Allah dan semua orang
kudus dikemas dalam ibadat dan ritual.
Tipe
ketiga keluarga katolik tersebut di atas mampu menjawab semua persoalan
hidupnya dengan berpegang kepada ajaran Gereja dan berbagai macam
tradisi rohani yang sempat dicerna dan diyakini selama ini. Hal-hal baru
yang dihadapi cenderung “harus ditanyakan dulu kepada yang berwenang.”
Jika hal-hal baru itu menyangkut pilihan cara hidup katolik yang “lebih
radikal” dibanding yang saat itu sedang mereka hayati, maka mereka
menjadi guncang sampai “yang berwenang” menenangkan mereka.
Jika mereka harus bertobat, maka alasan tobat pun cenderung dialaskan
pada kelaziman yang sudah berjalan selama ini. Jika mereka berbuat baik,
maka landasan pemicu perbuatan baiknya adalah karena merasa dirinya
sebagai orang katolik. Alasan itu semacam keterlanjuran sudah menjadi
katolik. Lagipula, banyak orang lain dan saudara-saudaranya mengakui
mereka sebagai orang katolik yang seharusnya memang berbuat baik.
Tipe keempat
adalah sebuah model keluarga katolik yang mengambil teladan pertobatan
Santo Paulus sebagai landasan tobat dan perbuatan baik mereka. Paulus
mengalami pewahyuan atau pembukaan diri Allah (Yesus) kepadanya dan yang
membuatnya menjadi bertobat mengikuti Yesus serta memberitakan injil
(Galatia 1: 12 dan 16). Pengalaman Paulus dalam menerima Yesus seperti
yang dikisahkan dalam riwayat hidupnya ternyata mampu mengubah total
hidupnya. Paulus memberitakan injil diantara orang-orang bukan Yahudi
dengan keberanian yang luarbiasa (Galatia 1: 14-16). Bahkan ia harus
menanggung akibat dari pewartaannya itu untuk menjalani hidup dipenjara
karena injil yang diwartakannya. Pribadi Paulus diubah total oleh
pewahyuan Tuhan kepadanya, sehingga sejak itu pula hidupnya menjadi satu
dengan hidup Tuhan Yesus. Pertobatan dan perbuatan baik yang dilakukan
Paulus adalah model penyerahan hidup yang merelakan dirinya untuk
dipakai oleh Allah dalam mewartakan injilNya. Perbuatan baik itu berupa
pewartaan, yaitu menjadikan hidup ini sebagai warta gembira yang sama
seperti hidup dalam keselamatan yang telah diterimanya dari Tuhan Yesus.
Tipe
keempat keluarga katolik mengalami pertobatan dan dorongan berbuat baik
sebagai bagian utuh dari proses dirinya menerima pewahyuan Allah kepada
setiap anggota dari keluarga katolik. Ditengah keluarga itu dan didalam
perjalanan hidupnya sehari-hari mereka mengalami Tuhan Yesus bersama
mereka. Pengalaman akan kehadiran Yesus sangat menguasai mereka,
sehingga keluarga ini cenderung semakin terbuka untuk menerima pengaruh
Yesus dalam hidup mereka. Hidupnya menjadi tegas dan tegar dalam
menghadapi berbagai situasi dan keadaan. Hidupnya disediakan bagi
pewartaan tentang Tuhan yang melawati umatNya. Pengorbanan atau penjara
tidak membuat mereka gentar. Sebaliknya, ditengah berbagai kesulitan
apapun mereka justru bermegah dan bersyukur, karena Tuhan menyatakan
dirinya (mewahyukan) kepada keluarga katolik ini. Hidup mereka terbuka
untuk semakin “dirasuki” oleh kehadiran Tuhan Yesus sama seperti yang
dialami oleh Paulus.
Oleh
karena itu, pertobatan dan perbuatan baik bagi keluarga katolik tipe
keempat dapat menjadi model bagi persiapan menyambut kedatangan Yesus
kembali, yaitu kedatangan pada peringatan kelahiranNya di masa natal
maupun kedatanganNya kembali di akhir jaman. Dalam menyongsong hari
depannya, keluarga katolik seperti itu terbuka untuk dipengaruhi oleh
Roh Kudus dan api cinta Kristus secara terus-menerus. Hidupnya bukan
sekedar dibersihkan untuk siap menerima Yesus, tetapi hidupnya
disediakan untuk dipakai olehNya menjadi pembersih yang menyucikan
segala perbuatannya dan menyucikan pula hubungan dengan sesamanya.
Pertobatan dan perbuatan baiknya menjadi jalan bagi Tuhan yang hendak
menyatakan diriNya (mewahyukan dan merasuki) kepada semua orang. Hanya
dengan cara itu manusia diselamatkan.
Keluarga Katolik : Bertumbuh dalam Iman dan Kedewasaan
Renungan Adven 2008 Minggu Kedua
Kamis 11 Desember 2008 – Suka-duka Keluarga Katolik
Yohanes 15: 1-17 dan Efesus 5: 22-33 (bdk: Efesus 4: 17-19)
Sejak
minggu pertama adven, umat keluarga katolik telah merenungkan
pertobatan dan perbuatan baik sebagai buah pertobatan. Hidup keluarga
katolik diyakini menjadi tempat Yesus menyatakan DiriNya kepada setiap
anggota keluarga katolik itu. Menyatakan Diri berarti mewahyukan atau
memberikan hidupNya secara khusus kepada setiap orang didalam keluarga
katolik itu. Pertobatan dan perbuatan baik masing-masing anggota
keluarga diarahkan atau disediakan untuk menjadi jalan penebusan bagi
orang-orang disekitar mereka.
Dalam bagi-rasa dan tukar pengalaman di minggu kedua adven 2008, umat keluarga katolik mengungkapkan
suka-dukanya satu sama lain, terutama suka-duka sebagai keluarga
katolik dalam menjalani masa persiapan natal kali ini. Kerinduan untuk
menjadikan keluarga katolik sebagai jalan penebusan seperti yang
dirasakan pada renungan adven minggu pertama ternyata mengalami banyak
kendala didalam kehidupan intern keluarga masing-masing. Berikut ini
rekaman bagi-rasa dan renungan minggu kedua adven yang menjelaskan tantangan-tantangan berat yang dihadapi:
§ Relasi suami-istri-anak mengalami kerancuan dan kesenjangan dalam hal: keterbukaan
hubungan antar pribadi yang kaku dan kurang peduli; frekuensi dan
kualitas relasi/komunikasi yang merosot oleh karena berbagai sebab dan
alasan; jalinan kasih-sayang dan kerukunan yang tidak semakin kokoh;
kesetiaan suami/istri kepada pasangannya yang mengalami banyak ujian;
kesediaan berkorban dari suami/istri bagi pasangannya yang kurang nyata;
kecemburuan dari suami/istri terhadap pasangannya semakin tidak
berasalasan, dominasi suami/istri atas pasangannya yang tidak menghargai
martabat sebagai sesama sahabat; sikap dan tindak kekerasan suami/istri
terhadap pasangannya dan anak-anak yang tidak mencerminkan kelembutan
cinta-kasih kristiani;
§ doa bersama yang semakin tidak mudah untuk disepakati dan dilaksanakan dalam kehidupan keluarga katolik sehari-hari, yaitu: tatacara
dan praktik doa bersama yang tidak terkembang dengan baik di keluarga,
keseimbangan antara doa pribadi dan doa bersama yang tidak jelas,
sentuhan affeksi dan relasi pribadi dengan Tuhan yang kering dan menjadi
terpisah dari pengalaman doa, ketiadaan perkembangan kepekaan dalam
diskresi hidup rohani atau dalam pembedaan roh serta dinamika rohani,
semakin tidak mengerti atau kurang memahami keterkaitan hidup rohani
pribadi dan keluarga dalam hubungannya dengan berbagai tradisi devosi
dan lingkaran hidup liturgi gereja;
§ ekonomi rumah-tangga menjadi semakin tidak menentu, khususnya kemampuan
mengelola-manajemen ekonomi rumah tangga yang semakin tidak berdaya
karena situasi ekonomi yang semakin sulit, keterbatasan penghasilan,
kesulitan lapangan kerja, beban hutang, pemenuhan kebutuhan sandang dan
pangan yang semakin sulit, biaya kesehatan yang semakin mahal, biaya
pendidikan anak yang tidak memiliki sumber dana cukup, asuransi hari
tua yang tidak menentu, pengadaan dan perawatan rumah tinggal yang
masih serba terbatas, biaya sosialisasi lingkungan masyarakat yang
semakin aneh-aneh dan mahal.
Dan
masih banyak hal-hal lain yang “cukup pusing” untuk dipikirkan atau
direnungkan oleh keluarga katolik. Apalagi jika permenungan dan
penyelesaian persoalannya dilakukan sendiri-sendiri. Sehingga,
masing-masing anggota keluarga katolik didalam keluarganya sendiri
berjalan sendiri-sendiri dan menjadi semakin asing satu sama lain.
Persoalan-persoalan lain yang “cukup memusingkan” itu meliputi:
ú penghayatan iman bersama (penguatan
penghayatan iman sesama anggota keluarga, hidup liturgi, penghayatan
sakramen-sakramen, pengembangan pribadi dan spiritualitas keluarga)
ú menghormati kehidupan (masalah
kehamilan diluar kehendak dan masalah aborsi, perlakuan adil kesetaraan
gender, arus global, sekularisme, konsumerisme, pergaulan bebas dan
seksualitas – pornografi-pornoaksi)
ú pendidikan kristiani dalam keluarga (kebiasaan
refleksi, penghargaan kepada sumber-sumber pustaka dan pemahaman iman
serta tradisi gereja, pendalaman ajaran gereja-moral-hukum
kanonik-berbagai praktik hidup religius dan hidup bakti katolik,
dukungan keterlibatan dalam jemaat lingkungan-wilayah-paroki,
spiritualitas katolik dalam karir dan profesi anggota keluarga)
Keluarga
katolik nampaknya membutuhkan motivasi iman yang kuat agar mampu
menghadapi banyak hal yang memusingkan tersebut di atas. Dari rekaman
bagi rasa dan tukar pengalaman selama renungan adven minggu kedua
terungkap bahwa umat keluarga katolik merindukan pengalaman “sentuhan
campur tangan Tuhan.” Pengalaman serupa itu perlu dicermati agar
perjalanan keluarga katolik tetap fokus ke arah penyambutan kedatangan
Yesus di hari natal dan penyambutan kedatanganNya kembali di akhir
jaman. Pengalaman serupa itu perlu juga diperdalam dan diperkokoh dengan
akar-akar pengalaman iman yang jernih.
Tidak
ada alasan apapun yang bisa menjadikan keluarga katolik tercerai-berai
atau menjadi berantakan. Karena dengan babtisan yang diterima oleh
masing-masing anggota keluarga katolik, mereka dipersatukan dalam hidup
Yesus dalam pokok anggur yang benar (Yohanes 15: 1-5).
Persatuan suami-istri dan anak-anak dalam keluarga dikokohkan oleh Yesus
sebagai panggilan untuk saling mengasihi (Yohanes 15: 12).
Masing-masing anggota keluarga itu dipilih dan ditetapkan oleh Yesus
untuk hidup bersatu denganNya dan menghasilkan buah atau perbuatan baik
yang menyejahterakan keluarga (Yohanes 15: 16). Persatuan seperti itu
mewujudkan persekutuan murid-murid Yesus didalam komunitas kecil
keluarga katolik. Dengan menghasilkan buah banyak sebagai murid-muridNya
maka persekutuan komunitas itu sekaligus memuliakan Allah Bapa (Yohanes
15: 8). Keluarga katolik seharusnya tidak pernah berantakan, tetapi
justru sebaliknya menghasilkan buah banyak bagi keluarga sendiri dan
bagi sesama disekitarnya.
Mengapa pada kenyataannya goyangan dan benturan hidup ini justru meresahkan keluarga katolik? Jawabannya sangat sederhana tetapi
sangat berat untuk dipulihkan, yaitu “karena daya cinta yang saling
mengasihi telah menjadi lemah” atau tidak kokoh. Padahal masing-masing
anggota keluarga katolik telah ditebus dengan cinta Yesus yang sangat
kuat dan penuh daya, yaitu Dia telah “menyerahkan hidupNya bagi
sahabat-sahabatNya” (Yohanes 15: 13). Keresahan tanpa-daya yang dialami
oleh keluarga katolik nampaknya disebabkan oleh melemahnya pengalaman
persahabatan pribadi mereka dengan Yesus. Seharusnya masing-masing
anggota keluarga sangat akrab bersahabat dengan Yesus. Bermodal
pengalaman persahabatan pribadi seperti itu, maka masing-masing anggota
dapat semakin mampu untuk saling mengasihi dan menghasilkan buah banyak
atau perbuatan baik. Jika semua itu terjadi, maka keluarga katolik tak
perlu cemas akan kekurangan apapun. Sebaliknya, mereka justru selalu
mampu menatap kedepan dengan penuh kepastian, karena “apa yang kamu
minta atau kamu kehendaki akan diberikan” (Yohanes 15: 7 dan 16). Tetapi
untuk itu ada syarat yang harus dipenuhi “Kasihilah seorang akan yang
lain (Yohanes 15:17).
Santo Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus juga memberikan penegasan
bahwa “penyerahan diri Yesus bagi jemaat telah mendatangkan rahmat
pengudusan” (Efesus 5: 25-26). Cinta suami-istri dalam keluarga katolik
dikokohkan oleh Yesus untuk mengalami pengudusan itu dan menjadi jemaat
yang tidak bercela (Efesus 5: 27). Yang harus dilakukan oleh keluarga
katolik dalam persiapan natal dan untuk penyambutan Yesus di akhir jaman
adalah “memulihkan daya cinta kasih Yesus dalam kehidupan keluarga
sehari-hari.” Paulus menasihati dengan tegas dan jelas agar umatnya
meninggalkan cara hidup lama dan kini menjadi manusia baru sebagai
berikut: “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan kepadamu di dalam Tuhan:
Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah
dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari
hidup persekutuannya dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam
mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul,
sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan
dengan serakah segala macam kecemaran” (Efesus 4: 17-19).
Dasar-dasar
hidup suami-istri dalam keluarga katolik harus diperkokoh dengan kasih
Kristus. Di situ model Kristus yang mengasihi umatNya harus diwujudkan
menjadi cinta kasih suami-istri dan anak-anak yang saling mengasihi.
Model kasih Kristus itu menyarankan agar satu sama lain dari anggota
keluarga saling mengorbankan diri untuk membantu satu sama lain,
sehingga masing-masing anggota semakin bersahabat dengan Yesus dan
menjadi kokoh-kuat di tengah-tengah perubahan jaman yang semakin dahsyat
saat ini. Jika keluarga katolik masih tersendat-sendat untuk bertobat
atau masih tercabik-cabik untuk berbuat baik, maka keadaan itu tidak
boleh membuat mereka berhenti memohon rahmat pengudusan
dari Yesus terus-menerus. Mohonlah pula kesempatan untuk mengalami
secara mendalam persahabatan pribadi denganNya. Mohonlah kekuatan untuk
saling mengasihi di dalam keluarga katolik. Bagaimanakah persahabatan
pribadi dengan Yesus dapat berpengaruh terhadap hubungan saling
mengasihi dalam keluarga? Daya hidup dan penggerak kebangkitan iman
macam apakah yang bisa diperkokoh di sana? Jawabannya terdapat pada
refleksi yang mencermati kembali tantangan-tantangan tersebut di atas
sambil merenungkannya menurut variasi kedalaman cinta persahabatan
dengan Yesus pribadi. Amin.
Keluarga Katolik : Bertumbuh dalam Iman dan Kedewasaan
Renungan Adven 2008 Minggu Ketiga
Kamis 18 Desember 2008 – Pertobatan dan Perbuatan Baik Keluarga Katolik di Lingkungannya dan di Masyarakat sekitar
Yohanes 17: 1-26 dan 1 Korintus 12: 12-31
Sejak
minggu pertama adven 2008, umat keluarga katolik merenungkan pertobatan
dan perbuatan baik sebagai orang katolik. Masing-masing anggota
keluarga diajak untuk mengarahkan dan menyediakan tindakan tobat serta
perbuatan baiknya sebagai tanda bahwa mereka adalah murid-murid Yesus.
Mereka menggambarkan dirinya menjadi empat tipe keluarga katolik (dalam
tobat dan perbuatan baik), yaitu dari tipe yang sangat terpuruk sampai
ke tipe yang utuh-total meneladan hidup Yesus.
Saat
berbagi-rasa dan tukar pengalaman di minggu kedua adven 2008, umat
keluarga katolik mengungkapkan suka-dukanya satu sama lain, terutama
menyangkut kerinduannya untuk menjadikan keluarga katolik sebagai jalan
penebusan bagi anggota keluarga satu sama lain. Pertumbuhan pengalaman
masing-masing anggota keluarga dalam persahabatan pribadi dengan Yesus
diharapkan dapat memberi daya pulih untuk “saling mengasihi” didalam
keluarga. Pertumbuhan saling mengasihi itu diharapkan juga dapat
memperkokoh keluarga katolik ketika menjalani kehidupan dan tantangan
yang ada, antara lain:
§ Relasi (hubungan personal) suami-istri-anak yang mengalami kerancuan dan kesenjangan
§ Doa bersama yang semakin tidak mudah untuk disepakati dan sukar dilaksanakan dalam kehidupan keluarga katolik sehari-hari
§ Ekonomi rumah-tangga yang menjadi semakin tidak menentu dalam krisis ekonomi negara dan dunia saat ini
§ Dan
masih banyak hal-hal lain yang “cukup pusing” untuk dipikirkan atau
direnungkan oleh keluarga katolik, antara lain: penghayatan iman
bersama, menghormati kehidupan, dan pendidikan kristiani dalam keluarga
Pada
renungan dan bagi-rasa pengalaman iman minggu ketiga adven 2008, umat
keluarga katolik menengok keterlibatannya di Lingkungan sekitarnya.
Apakah tobat dan perbuatan baik selama ini telah menjelmakan buah-buah
berharga bagi umat lingkungan serta lingkungan masyarakat sekitar?
Pengaruh macam apakah yang dihasilkan oleh keluarga katolik sebagai
“jemaat Kristus atau gereja yang bersatu dalam tubuh Kristus” terhadap lingkugan
umat katolik yang lebih luas dan masyarakat sekitar? Apakah
keterlibatannya di lingkungan, di paroki, dan di masyarakat sekitar
biasa-biasa saja, atau tidak ada bedanya dalam setiap persiapan natal
dan dalam persiapan penyambutan kedatangan Yesus kembali sampai akhir
jaman?
Rekaman bagi-rasa dan renungan bersama menunjukkan bahwa masing-masing kita sebagai “anggota dalam tubuh Kristus” tidak
cukup hanya menyadari tempat masing-masing, sekadar memuaskan kebutuhan
satu sama lain, dan sekadar memberi kesempatan untuk menunjukkan
peranan masing-masing didalam hidup bersama. Aneh rasanya jika
kebersamaan dihayati sekadarnya, layaknya bagian-bagian atau organ-organ
tubuh atau organ tumbuh-tumbuhan yang secara organik bersatu dan
menghasilkan buah begitu saja. Seolah semua berjalan otomatis, sehingga
daya tumbuh yang ada di sana tidak dicermati dan tidak dihayati secara
mendalam. Apakah semuanya harus berjalan secara sistematik, serba
teratur atau asal teratur atau serasi. Apapun namanya itu semua,
perjalanan hidup keluarga keluarga katolik tentu tidak sekadar jalan di tempat tanpa menyadari kekuatan kasih yang memberi daya hidup di sana.
Ketika
membaca dan merenungkan nasihat Santo Paulus dalam suratnya kepada
Jemaat Korintus (1 Kor 12: 12-31) umat keluarga katolik tersentak:
“Keutuhan, kekompakan, dan kesatuan keluarga harus menjadi dorongan
untuk menjadikan siapapun semakin giat berlomba harta rohani.” Paulus
mengatakan: “Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang
paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi”
(1 Kor 12: 31 bdk 1 Kor 13: 1-13), yaitu setiap orang tanpa kecuali
diminta untuk hidup dalam Kasih. Hal itu dikatakan Paulus setelah beliau
membicarakan kesatuan dan persatuan hidup jemaat sebagai satu tubuh
didalam Kristus seperti yang disampaikannya kepada jemaat Korintus di
atas.
Pengaruh
kasih macam apakah yang hidup diantara keluarga katolik di lingkungan
dan di masyarakat sekitar menjelang natal 2008 dan seterusnya sampai
kedatangan Yesus kembali di akhir jaman? Kali ini gambaran kasih yang
seharusnya berpengaruh dari keluarga katolik untuk lingkungannya dan
masyarakat sekitar diarahkan kepada renungan kasih yang maha dahsyat
sebagaimana dirasakan oleh Yesus dalam doa-Nya untuk murid-murid-Nya
(Yohanes 17: 20-26). Keluarga katolik tidak hanya boleh bangga menerima
kasih Kristus yang mempersatukan mereka satu sama lain dan mempersatukan
mereka dengan Bapa-Nya di surga (Yohanes 17: 1-20), tetapi membagikan
daya kasih itu kepada siapapun mereka bersaksi atau kepada siapapun yang
disentuh oleh kasih kristiani keluarga katolik. Jadi, seharusnya daya
rohani doa Yesus itu melimpah kemanapun dan dimanapun atau dalam peran
apapun yang melibatkan keluarga katolik untuk melakukan pertobatan dan
perbuatan baik dilingkungannya dan di masyarakat sekitar. Lalu, daya
rohani doa Yesus macam apakah itu?
Renungan
kutipan injil Yohanes di atas perlu dijiwai kembali di masa persiapan
natal 2008 dan di masa penantian kedatangan Yesus kembali di akhir
jaman. Daya rohani doa Yesus itu telah mengubah kenyataan hidup keluarga
katolik menjadi perjalanan dalam satu nafas kehidupan Yesus. Perjalanan
keluarga katolik dilingkungannya dan dimasyarakat sekitar seharusnya
diarahkan menjadi hidup menuju ke kehidupan kekal seperti diungkapkan
Yesus dalam doaNya: “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu,
supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah
memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia
akan memberikan hidup kekal kepada semua yang telah Engkau berikan
kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal
Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang
telah Engkau utus.” (Yohanes 17: 1-3). Daya rohani itu telah menjadikan
keluarga katolik “sama seperti Yesus” yang utuh bersatu dengan Allah
Bapa. Keluarga katolik seharusnya rela untuk lahir dan hidup hina-dina
sampai di kayu salib, dan mati bersama Yesus selama-lamanya. Karena
dalam perjalanan hidup seperti itu keluarga katolik telah menjalani
hidup kekal sejak saat dibabtis dan sepanjang hidupnya, artinya:
§ Hidup
keluarga katolik adalah milik Allah, yang harus disyukuri dan
dipersembahkan kembali kepada Allah Bapa melalui persembahan Yesus
(Yohanes 17: 6-11).
§ Menyerahkan hidup ini sepenuhnya kepada pemeliharaan Allah dengan menghayati hidup Yesus sepenuhnya (Yohanes 17: 12-14)
§ Menghayati pertobatan total untuk dikuduskan oleh Allah Bapa melalui Yesus Kristus (Yohanes 17: 15-17)
§ Menyediakan
diri untuk diutus sebagai berkat pengudusan di dunia sekitarnya
(lingkungan, masyarakat, kegaitan studi, dan pekerjaan) dengan kekuatan
kasih (Yohanes 17: 20-23)
§ Merasakan bahwa dalam segala hal selalu bersatu dengan Yesus dan dengan gembira memandangi kemuliaan Yesus yang telah diberikan (disediakan senantiasa) oleh Allah Bapa untuk mereka juga (Yohanes 17: 24-26).
Dalam kemiskinan, kekurangan, kesakitan, ketidakberdayaan apapun keluarga katolik berbagi suasana daya rohani dari doa
Yesus tersebut di atas. Apalagi jika keluarga katolik memiliki harta
kekayaan, kesehatan, kesuksesan, dan semua yang megah dan mewah
sekalipun tidak luput untuk tunduk kearah hidup kekal yang diberikan dan
dijanjikan Yesus seperti diungkapkan dalam doa-Nya yang dahsyat itu.
Apalah artinya memiliki segalanya jika kehilangan kedahsyatan daya
rohani doa Yesus itu, yaitu doa dan kasih-Nya. Betapa indah dan nyaman
hidup didalam kasih Bapa dan dalam persatuan dengan Yesus dan Roh Kudus
sepanjang masa. Apa yang terjadi pada umat keluarga katolik jika suasana daya rohani dari doa Yesus itu merasuki kehidupan sehari-hari mereka?
Keluarga Katolik : Bertumbuh dalam Iman dan Kedewasaan
Renungan Adven 2008 Minggu Keempat
Sabtu 20 Desember 2008 – Menjadi sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna
Matius 5: 43-48 dan Galatia 6: 2-11
Masa
penantian umat keluarga katolik nampaknya sedang mencari bentuk seperti
digambarkan dalam rekaman bagi-rasa dan renungan pada minggu pertama
sampai minggu ketiga. Tobat dan berbuat baik merupakan konsekuensi
babtisan sebagai murid-murid Yesus. Buah pertobatan dan kebaikan
diwujudkan dalam kehidupan keluarga yang saling mengasihi satu sama lain
di masing-masing keluarga inti katolik. Saling mengasihi itu dilakukan
karena masing-masing anggota keluarga menyadari panggilannya untuk
mendorong satu sama lain dalam mengembangkan persahabatan-nya pribadi
masing-masing dengan Yesus. Selanjutnya, buah pertobatan dan kebaikan
juga ditularkan ke lingkungan dan masyarakat sekitar yang lebih luas.
Agar dengan berbagi dan menularkan itu Yesus yang mengasihi dapat
dirasakan oleh semua orang. Keselamatan dan penebusan disebarluaskan
agar semua merasakan keagungan kerajaan Allah. Masa penantian menuju
natal dan penyambutan kedatangan Yesus kembali pada akhir jaman harus
diisi dengan latihan-latihan rohani melalui pertobatan dan perbuatan
baik dalam hidupnya sendiri, dalam keluarga, lingkungan, dan masyarakat
sekitar. Selalu saja muncul pertanyaan: Apa ukuran sukses dalam
latihan-latihan rohani di masa penantian seperti itu?
Ukuran
sukses penantian natal dan kedatangan Yesus di akhir jaman, pada
bagi-rasa dan renungan adven keempat kali ini, digambarkan sebagai
‘hidup sempurna tanpa cacat dihadapan Allah.’ Jika gambaran sukses dalam
masa penantian kedatangan Yesus di hari natal dan di akhir jaman diukur
dengan standar kesempurnaan seperti Allah Bapa di sorga sempurna
adanya, maka yang dimaksudkan di situ adalah pemenuhan dan perwujudan
sabda Yesus dalam “khotbah di bukit” untuk kehidupan umat keluarga
katolik sehari-hari (Matius pasal 5-7). Namun, paparan khotbah itu tidak
boleh dipahami sebagai aturan yang beku dan kaku. Paparan khotbah itu
juga tidak boleh dilonggarkan begitu saja. Tidak longgar dan tidak
ketat, sementara itu suam-suam kuku atau sekedar hangat saja juga tidak
boleh. Gambaran menjadi keluarga katolik yang rindu akan Yesus di hari
natal dan di akhir jaman harus diwujudkan menjadi gambaran totalitas
hidup umat keluarga katolik dalam menghayati perjalanan panggilannya
menjadi murid-murid Yesus.
Pengalaman
hidup miskin, duka cita, lemah-lembut, lapar dan haus, murah hati, suci
hati, pendamai atau pembawa damai, teraniaya oleh sebab kebenaran,
dianiaya-dicela –difitnah karena Yesus, semua pengalaman itu dalam masa
penantian natal dan akhir jaman harus dihayati sebagai pengalaman rohani
yang total atau menyeluruh (Matius 5: 3-12). Didalam pengalaman seperti
itu kehadiran dan keterlibatan Yesus disambut dengan penuh keterbukaan
agar hidup umat keluarga katolik diwarnai, dipengaruhi, dijiwai dan
diberkati oleh cinta kasih Yesus. Kehadiran dan keterlibatan Yesus dalam
hidup keluarga katolik tidak terjadi otomatis, tetapi keluarga katolik
harus memulainya terus-menerus dan berusaha tanpa henti. Jangan biarkan
hidupmu hambar seperti garam yang kehilangan rasanya. Yesus sendiri
menegaskan “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang
di sorga” (Matius 5: 15). Kerelaan atau kesediaan umat keluarga katolik
untuk mengalami butir-butir pengalaman rohani dari khotbah di bukit itu
akan menghasilkan daya rohani cinta kasih Yesus, yaitu “umat keluarga
katolik memiliki kehangatan hidup yang dapat memberi terang kepada
siapapun disekitarnya.” Daya terang itu akan mampu menghalau kegelapan
perjalanan hidup ini. Didalam kehangatan dan terang kristiani itu Yesus
hadir dan terlibat, dan umat keluarga katolik selalu tanggap dan
menyambut. Yesus menjadi pemenuhan yang menggenapi semua hal dari hukum
taurat (Matius 5: 17-20). Kehangatan daya rohani kehadiran dan
keterlibatan Yesus yang disambut oleh umat keluarga katolik akan nampak
dalam beberapa keutamaan dan gejala persekutuan batin-rohani dengan
Allah di sorga sebagai berikut:
- Umat menjadi pembawa damai, yang jauh dari pembunuhan dan kemarahan (Matius 5: 21-26)
- Hidup menjadi suci, yang jauh dari dosa percabulan atau kemunafikan (Matius 5: 27-30)
- Orang menjadi jujur dan lugas (jika ya katakan ya dan jika tidak katakan tidak), yang menjadi jauh atau bebas dari kepalsuan atau tipu daya (Matius 5: 38-42)
- Bahkan umat keluarga katolik mengampuni dan mencintai musuhnya (Matius 5: 43-48).
Umat
keluarga katolik dituntut oleh totalitas atau keutuhan dan kesungguhan
tobat dan perbuatan baik tersebut di atas. Tentu saja mereka menjalani
masa penantian natal dan penyambutan kedatangan Yesus kembali di akhir
jaman dengan sedikit ragu bercampur bingung. Macam apa pula hidup untuk
memenuhi tuntutan seperti itu? Bukankah jaman sekarang ini segala
sesuatu bisa di atur atau bilamana perlu bisa dibeli atau diperdayai?
Sikap dan kecenderungan seperti itu menjadi racun yang membahayakan.
Santo Paulus dalam suratnya kepada umat Galatia mengatakan: “Janganlah
kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita
akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6: 9). Racun
kehidupan, godaan dan percobaan ada disekitar hidup umat keluarga
katolik. Paulus menganjurkan agar setiap orang menjaga diri sendiri dan
saling tolong menolong di tengah-tengah situasi yang membahayakan iman
itu (Galatia 6: 2-8). Gambaran kesempurnaan seperti Allah
Bapa yang di sorga adalah sempurna merupakan arahan dan dukungan yang
seharusnya memberikan daya tarik kuat bagi umat keluarga katolik untuk
terus berjalan menuju ke hidup kekal. Ada sedikit patokan atau norma
umum yang diberikan oleh Paulus, yaitu “selama masih ada kesempatan bagi
kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama
kepada kawan-kawan kita seiman” (Galatia 6: 10). Kesempatan yang
dimaksud di situ adalah keadaan kita dengan semampu kita, yang sekaligus
dengan keadaan yang seadanya kita tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk
mengalami persahabatan dengan Yesus dalam kebersamaan dan dalam cinta
kasih kepada sesama kita. Amin.
Posted in Renungan
Pelangi Kebangkitan
Renungan Paskah 2007 Lingkungan Filipus I, V, dan VI Perum Wiguna, Gereja Roh Kudus, Surabaya, 5 Mei 2007
“Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit” (Luk 24: 5-6)
Lalu,
dimanakah Dia dan untuk apa itu semua terjadi, khususnya untuk Umat
Lingkungan Filipus I, V, dan VI tahun 2007 dan tahun-tahun yang akan
datang?
Peristiwa Paskah atau Kebangkitan Tuhan Yesus melibatkan sejumlah kejadian penting:
1. Fakta Historis dan Transcendental.
Maria Magdalena (dan murid-murid lainnya) mendapati bahwa kubur tempat
Yesus dimakamkan telah kosong. Penginjil Yohanes mewartakan bahwa “Pada hari pertama Minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur (Yoh 20:1)” Di situ Maria berjumpa dua malaikat yang mengatakan: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit (Luk 24: 5-6 bdk. Yoh 20:13) “ Selanjutnya, Yesus menampakkan DiriNya kepada Maria, sehingga “Maria berpaling dan berkata kepadaNya ….Rabuni, artinya Guru (Yoh 20: 15-16).
Kejadian
makam Yesus yang telah kosong, perjumpaan Maria dengan Yesus di sana,
dan selanjutnya peristiwa yang dialami Petrus dan Yohanes dimakam yang
kosong, semua itu merupa-kan tahapan awal dari pengakuan iman mengenai
kebangkitan Yesus (Luk 24: 3, 12, 22-23 bdk Joh 20: 2, 6, 8). Makam
Yesus yang kosong memang belum seutuhnya membuktikan kebangkitanNya.
Tetapi kejadian itu bersama rangkaian peristiwa lain-lain disekitar
Yesus sesudah makam kosong itu menunjukkan bahwa kebangkitan Yesus
sekali-gus merupakan peristiwa histo-ris atau sejarah dan peristiwa
transcendental (yang mengatasi ruang-waktu). Sehingga, tentang
kebangkitan Yesus harus dimaknakan secara utuh mulai dari sengsaraNya,
kematian, makam kosong, dan macam-macam penampakkanNya. Peristiwa
kebangkitan menjadi bagian dari rangkaian sejarah hidup Yesus (historis), yang sekaligus menjadi peristiwa kehadiranNya yang unik dan abadi (transcenden) sejak Paskah KebangkitanNya itu.
2. Penampakan Pertama dan Pewartaan Kebangkitan.
Kejadian lain disekitar kebangkitan Yesus adalah penampakkanNya
perta-makali sebagaimana dialami oleh Maria Magdalena dengan makna
khusus (Mark 16:1; Luk 24:1; Joh 19:31, 42). Penampakan itu merupakan kehadiran Yesus secara unik-abadi,
yang serentak mengi-ngatkan Maria akan Rabuni – Yesus sang Guru yang
dikenalnya semasa hidupNya. Sekaligus, bertolak dari peristiwa itu pula,
Maria tergerak-terpanggil untuk bergegas menjadi pewarta tentang
kebangkitan Yesus, karena ia mewartakannya untuk pertamakali kepada para
murid Yesus yang lain (Luk 24: 9-10; Mat 28: 9-10; Yoh 20:11-18).
Pengalaman Maria akan kebangkitan Yesus dan PenampakanNya sekaligus
menjadi peng-alaman pewartaan. Apa yang Maria alami tidak membuatnya
terdiam tetapi ia mewartakannya kepada mereka yang “pernah kehilangan Yesus” dan kepada mereka “yang masih rindu akan Dia.”
Selanjutnya,
penampakan Yesus berturut-turut terjadi dihadapan Petrus dan sebelas
murid lainnya. Bahkan ditengah-tengah rangkaian penampakkan itu, Petrus
dipanggil Yesus untuk meneguhkan iman saudara-saudaranya (1 Kor 15:5;
Luk 22: 31-32). Karena kesaksian Petrus itu pula, maka komunitas
murid-murid Yesus menyatakan peneguhan iman diantara sesama pengikut Yesus: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon “ (Luk 24: 34, 36).
3. Panggilan membangun Gereja Perdana. Peristiwa Kebangkitan Yesus juga melibatkan murid-muridNya agar menjawab pang-gilan, yaitu “untuk mengasihiNya dan menggembalakan domba-dombaNya” (Yoh
21: 1-17) dan “mengikutiNya” (Yoh 21: 19). Petrus dan sebelas rasul
atau murid-murid lainnya mengalami kebangkitan Yesus sebagai peristiwa
keterlibatan mereka dalam pembentukan gereja purba atau gereja perdana.
Kepemimpinan komunitas kristiani pada awal mula dipercayakan oleh Yesus
kepada mereka. Sementara itu, pengikut Yesus yang bertumbuh bersama
gereja perdana itu juga mengalami kehadiran Yesus kembali, yaitu Yesus
yang sama seperti yang pernah mereka kenal selama itu, dan kini hadir
kembali ditengah-tengah mereka dengan kemuliaanNya (Mat 28: 9, 16-17;
Luk 24: 15, 36; Yoh 20: 14, 17, 19, 26; 21: 4). PenampakanNya ditengah
para pengikutNya menegaskan bahwa kehadiranNya kembali bukan untuk dunia
pada umumnya tetapi bagi mereka yang telah bersamaNya selama ini sejak
di Jerusalem dan yang menjadi saksi kebangkitanNya bagi banyak orang
(Kis 13: 31; cf. Yoh 14: 22).
4. Karya besar Allah Tritunggal Mahakudus.
Kebangkitan Yesus merupakan sebuah karya besar yang melibatkan Allah
Tritunggal Ma-hakudus (Rom 1: 3-4; cf. Kis 2: 24). Ketika Allah Bapa
membangkitkan Kristus PuteraNya, di situ Allah Bapa melibatkan kuasaNya
kedalam kemanusiaan Yesus; selanjutnya mengubah kemanusiaan itu untuk
masuk kembali kepada kemuliaan Tritunggal Allah Mahakudus. Kuasa Allah
dalam karya Roh Kudus telah menghidupkan Yesus dari mati dan
mengangkatNya kepada (keabadian) keAllahan (Cf. Rom 6: 4; 2 Kor 13: 4;
Fil 3: 10; Ef 1: 19-22; Ibr 7:16).
Makna Keselamatan yang diberikan oleh Kebangkitan Yesus dimengerti sebagai berikut:
1. Kebenaran dan Ajaran Iman.
Kebangkitan Yesus mengesahkan kebenaran karya dan ajaranNya selama ini.
Sehingga, janji-janji dari perjanjian lama dan janjiNya semasa hidup
terpenuhi dalam kenyataan kematian dan kebangkitanNya (Mat 28: 6; Kark
16: 7; Luk 24: 6-7, 26-27, 44-48; cf. 1 Kor 15: 3-4). Dari situ
tercermin sifat Keillahian Yesus yang bersinar dari peristiwa
kebangkitanNya (Yoh 8: 28-29 bdk Maz 2: 7 dan Kis 13: 32-33); yaitu,
sifat keillahian yang diwujudkan dalam penjelmaanNya sebagai Putera
Allah dan dalam pemenuhanNya sesuai rencana Allah.
2. Penghapusan Dosa dan Pembuka Pintu Hidup Baru.
Misteri Paskah atau Kebangkitan Yesus memuat dua aspek penting, yaitu:
dengan kematianNya, Kristus telah membebaskan manusia dari dosa; dan
dengan kebangkitanNya, Dia telah membuka jalan kepada suatu kehidupan
baru bagi manusia (Rom 6: 4; cf. 4: 25). Sehigga, manusia juga menerima
berkat untuk menga-tasi kematian akibat dosa, dan, sekaligus
berpartisipasi dalam rahmat Allah (Cf. Ef 2: 4-5; 1 Petr 1: 13). Dengan
itu semua, umat yang beriman kepadaNya boleh menjadi saudara Yesus
secara utuh (Mat 28: 10; Yoh 20: 17) atau mengalami persaudaraan kekal
denganNya berkat rahmat Allah, yang memungkinkan manusia berbagi
kehidupan Yesus Putera Allah.
3. Harapan Hidup Kekal.
Kebangkitan Yesus menjadi harapan akan kebangkitan manusia di masa
datang (1 Kor 15: 20-22). Umat yang beriman kepadaNya merindukan harapan
itu. Sehingga, harapan itu seharusnya mewarnai hidup umat saat ini agar
tidak hidup untuk diri mereka sendiri, tetapi hidup bagiNya yang akan
membangkitkan manusia (2 Kor 5: 15; cf. Kol 3: 1-3). Oleh karena itu,
ukuran atau standar sukses pencapaian hidup kristiani harus berakar
secara mendalam di sekitar harapan hidup kekal itu. Segala
sesuatu yang dimiliki di sini dan yang dikerjakan di dunia ini dijiwai
oleh kerinduan untuk mempersembahkan sesuatu yang paling berharga kepada
Yesus dalam kehidupan kekal kelak.
Lalu, dimanakah Dia dan untuk apa itu semua terjadi, khususnya untuk Umat Lingkungan Filipus I, V, dan VI di tahun 2007 dan yang akan datang?
1. Yang
pertama, ketika umat beriman hendak ikut menyelami misteri paskah,
mereka harus memiliki disposisi batin atau keadaan siap-hidup rohani
seperti para murid menjelang saat-saat sengsara dan kematian Yesus.
Pelangi hidupnya harus diuji “apakah memiliki warna khusus, seperti
Maria Magdalena atau murid-murid lainnya?” Bahkan pelangi itu ditelusur
ulang dari kehidupannya selama ini. Warna hidup macam apakah yang
menonjol berpengaruh sampai saat ini? Adakah warna pelangi itu punya
nama atau profil-peranan yang unik disekitar peristiwa sengsara,
kematian, dan kebangkitan Yesus?
2. Yang
kedua, nama dari warna pelangi hidup atau profil-peranan umat
selanjutnya dicermati dengan melihat perbandingan antara gambar Yesus
(Tuhan Yesus sebagaimana digambarkan) dan gambar diri sendiri. Apa yang
terjadi dalam hubungan timbal-balik dua gambar diri itu?
3. Yang
ketiga, perlu kiranya umat mencermati pasang-surut warna hidupnya
selama ini dengan membuat perbandingan antara semangat hidup Yesus (yang
diyakini selama ini) dan semangat hidup umat sehari-hari saat ini;
apakah sesuai atau bertentangan satu sama lain? Bagaimanakah konflik
atau pertentangan itu diatasi dengan semangat paskah?
4. Yang
terakhir, pelangi umat direnungkan dalam kebersamaan komunitas di
lingkungan. Apakah kebersamaan umat selama ini telah terkembang seperti
gereja purba/perdana yang senantiasa berkumpul dan berdoa disekitar
perjamuan? Dalam kebersamaan itu seharusnya terkembang pula
panggilan-panggilan unik sesuai warna pelangi umat masing-masing. Yang
satu saling mewartakan rahasia kebangkitan Tuhan Yesus baginya dan bagi
sesama-nya yang lain.
Mengiringi
renungan pelangi ke-bangkitan umat Lingkungan Filipus I, V, dan VI
tersebut di atas, saat ini telah dibagikan telur paskah yang sederhana untuk
masing-masing umat. Oleh karena sebuah telur melambangkan kelahiran
seekor anak unggas, maka umat Filipus tersebut di atas hendak menggali
makna kelahiran kembali imannya berdasar pengalaman rahasia paskah tahun
2007 dan tahun-tahun yang akan datang untuk dirinya dan untuk
kebersamaan umat semua. Apakah setiap hari dalam kegiatan kita dapat
menelurkan warna kebangkitan baru terus menerus?
Tes
warna pelangi sebagai bentuk mawas-diri dapat dipakai untuk titik tolak
renungan. Masing-masing umat akan menyimpulkan warna paling menonjol
untuk dirinya. Tetapi, ketika melakukan pemilihan warna menonjol itu,
umat tidak serta-merta harus menerima apa yang ada, tetapi boleh saja
memilih apa mau jadinya. Antara apa yang ada dan apa jadinya perlu
diperjelas dengan alasan pilihannya. Semakin alasan pilihan itu
mendekati kerinduan untuk mengalami misteri paskah – kebangkitan Yesus,
maka warna pelangi akan menjadi semangat hidup rohani yang menjiwai
panggilan pembabtisannya.
Notes
Sumber renungan:
Geoffrey Chapman. 1994. Cathechism of The Catholic Church. A Cassel imprint Villiers House, London.
Ice breaker games warna Pelangi dari:
Gary Kroehnert. 2004. 102 Extra Training Games. The McGraw-Hill Book Company, NSW, Australia.
Posted in Konseling Pastoral