Dewasa ini ada banyak orang
yang menargetkan untuk menjadi kaya raya pada usia muda. Bahkan ada
yang sudah menargetkan usia pensiun dini setelah mengumpulkan harta
kekayaan. Tuhan tidak anti kekayaan dan Ia memberkati sebagian orang
dengan kekayaan berlimpah. Namun demikian pada hakekatnya Alkitab
menghendaki agar kita menjadi jurukunci Tuhan—penerima sekaligus
pengelola harta kekayaan untuk kepentingan yang lebih luas dari diri
sendiri semata. Hidup sederhana adalah bagian dari menjadi jurukunci yang bertanggung jawab.
Berikut akan dipaparkan makna dari hidup sederhana :
- HIDUP SEDERHANA BERARTI HIDUP SECUKUPNYA.
Misalkan, kendati sanggup membeli kendaraan yang mewah tetapi kita
memilih kendaraan yang lebih murah, sebab itu pun sudah memadai untuk
kebutuhan kita. Atau, kita tidak membangun rumah yang megah walau
mampu; sebaliknya kita membangun rumah yang sesuai dengan kebutuhan.
Dewasa ini orang seakan berlomba untuk meningkatkan tingkat kemewahan,
jauh melebihi kebutuhan. Padahal tujuan awal diciptakannya benda-benda
itu adalah untuk memenuhi kebutuhan semata, bukan untuk kemewahan.
Jadi, orang yang hidup secukupnya adalah orang yang tidak mencari
kemewahan; ia sekadar memenuhi kebutuhannya.
- HIDUP SEDERHANA BERARTI MELIHAT HIDUP DARI PERSPEKTIF YANG LEBIH LUAS DAN BERNILAI KEKEKALAN.
Kita memandang hidup dari perspektif Tuhan dan kepentingan-Nya. Kita memikirkan bukan saja kebutuhan pribadi dan keluarga,
kita pun memikirkan kebutuhan orang di sekitar kita. Kita tahu bahwa
semua yang dimiliki adalah pemberian Tuhan untuk digunakan sesuai
kehendak-Nya. Jadi, kita berusaha untuk menyisihkan uang untuk
perluasan pekerjaan Tuhan, bukan saja untuk perluasan pekerjaan kita.
Kita tahu bahwa Tuhan memberkati kita dengan berlimpah agar kita dapat
menjadi penyalur berkat Tuhan untuk kepentingan yang lebih luas. Itu
sebabnya sebelum menggunakan uang untuk kepentingan pribadi, kita pun
akan memertimbangkan apakah kita perlu menggunakannya untuk kepentingan
yang lain.
- HIDUP SEDERHANA TIDAK BERARTI HIDUP TANPA KENIKMATAN.
Pengkhotbah 2:24 menegaskan, "Tidak ada yang lebih baik bagi manusia
daripada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku
menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah." Di sini kita dapat melihat
bahwa Tuhan tidak melarang kita untuk "bersenang-senang" alias
menikmati hidup. Dengan kata lain, menikmati apa yang telah diberikan
Tuhan tidaklah salah. Satu hal lagi: Menikmati hidup juga merupakan
bagian dari hidup yang seimbang. Menikmati hidup memberi penyegaran
kepada tubuh dan jiwa sehingga kita lebih dimampukan untuk memenuhi
tuntutan hidup. Bila kita sudah tidak dapat menikmati hidup, itu
pertanda bahwa kita telah kehilangan keseimbangan dalam hidup—sesuatu
yang dapat memberi dampak buruk pada relasi dengan sesama.
- HIDUP SEDERHANA TIDAK BERARTI BAHWA KITA TIDAK PERLU BEKERJA DENGAN SEBAIK-BAIKNYA.
Pengkhotbah 5:10 berkata, "Dengan bertambahnya harta, bertambah pula
orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya
selain daripada melihatnya? Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia
makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali
tidak membiarkan dia tidur." Firman Tuhan mengingatkan bahwa kekayaan
bukanlah segalanya dan bahwa menjadi kaya tidaklah seindah yang
dibayangkan. Namun demikian Firman Tuhan juga mengingatkan bahwa orang
yang bekerja "enak tidurnya." Singkat kata, hidup sederhana bukan berarti hidup malas-malasan tanpa motivasi. Hidup sederhana tetap adalah hidup untuk memberi yang terbaik dari diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar