Jumat, 16 Desember 2011

Belajar dari Keluarga Sederhana 19 Aug 201


Belajar dari Keluarga Sederhana

Oleh Damanhuri Zuhri
Bibir HM Fathana Amrullah dan Siti Zubaidah menyungging senyum. Pada Selasa (17/8), sebuah anugerah mereka terima. Mereka terpilih menjadi pasangan terbaik pertama dalam Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional Tahun 2010. Abah AR, begitu Fathana Amrullah biasa disapa, mewakili Lampung Tengah.
Menurut Abah AR, ia tak pernah membayangkan perjuangannya mendidik kelima anaknya hingga menjadi sarjana, membangun sekolah, masjid, hingga rumah sakit demi membantu masyarakat di sekitarnya, mendapat perhatian dan penilaian pemerintah. Ia dan istrinya yang telah bersama selama 43 tahun itu menyisihkan 32 pasangan lainnya.
Lantas, apakah Abah AR dan Siti Zubaidah tak melalui jalan terjal? Abah mengaku semuanya memiliki dinamika. Seperti keluarga lain, percekcokan juga pernah muncul di tengah mereka. Abah pun membuat pengakuan. Biasanya, soal shalat yang menjadi pemantik.
"Istri saya shalatnya suka lalai itu yang kadang-kadang saya marah walaupun nggak sampai mukul," ujarnya. Kisah lain pun terungkap. Pernah muncul perbedaan pandang antara Abah dan sang istri. Saat baru dikaruniai satu anak, ujar Abah, ia pernah sedikit kesal terhadap istrinya. Saat itu, Abah AR menolong seorang guru ngaji yang miskin dan beranak empat. Ia sewakan rumah untuk guru itu. Sang istri rupanya tak berkenan dan membandingkan dengan sikap pada adiknya. Secara tak sadar, Siti Zubaidah bercerita kepada ibu mertuanya dan mengucap kata. "Orang lain ditolong, kok adiknya sendiri tidak."
Mendengar keluhan itu, Abah AR langsung mengumpulkan istri, ibu, dan mer-tuanya. Secara tegas ia menyatakan kalau keberatan karena dirinya membantu orang lain, ia siap berpisah. Tanpa pikir panjang, sang istri, Siti Zubaidah langsung meminta maaf dan berjanji akan setia mendampingi Abah AR dalam kondisi apa pun. Di sisi lain, Abah AR pun bersikapterbuka untuk meminta maaf. Saat Idul Fitri, kata dia, ia biasakan untuk meminta maaf kepada istrinya. Pasti dalam perjalanan selama setahun ini banyak kesalahan kata, ucapan, dan tingkah laku. "Saya rangkul sambil menangis. Saya pun meminta maaf kepada anak-anak," ujarnya.
Abah AR juga menyatakan ia meniti perjalanan panjang. Pernah saat dia di Way Jepara, menjadi tukang foto amatir. Pada suatu saat setelah peristiwa G-30 S/PKI, ia seakan mendapatkan durian runtuh. Pemerintah mencanangkan agar setiap orang yang berumur 15 tahunharus memiliki kartu tanda penduduk (KTP) yang ada fotonya.
Menurut dia, jasanya banyak digunakan ribuan orang. Uang hasil pemotretan itu ia belikan tanah seluas seperempat hektare.
Di atas tanah.tersebut. Abah AR mendirikan Sekolah Dasar Muhammadiyah pada 1966 di Lampung Tengah. Ia kemudian mendapatkan tanah wakaf seperempat hektare lagi.
Kondisi masa lalu yang mendorong Abah AR melakukan itu. "Saya ini orang susah. Keluarga saya juga susah. Sejak kecil saya banyak mendapat bantuan dari orang lain. Karena itu, saya ingin berbuat bagi orang banyak. Saya ingin, apa yang saya lakukan dirasakan manfaatnya bagi orang banyak," jelasnya.
Tak hanya membangun sekolah dasar, Abah AR pun membangun sekolah-sekolah di tempat lain. Belasan masjid dan rumah sakit juga berhasil ia dirikan. Kesibukannya di masyarakat, tak membuatnya lupa membina anak-anaknya. Ia mampu mengantarkan lima anaknya menjadi sarjana.
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syaih Hidayatullah, Mubarok, mengungkapkan, dewan juri sepakat bahwa pasangan HM Fathana Amrullah dan Siti Zubaidah sangat luar biasa. Abah AR semula orang yang tak punya harta yang kemudian berhasil mendirikan sekolah dan rumah sakit. Sementara itu, ia tetap hidup sederhana.
Rumahnya saja, jelas Mubarok, sangat sederhana, hanya berdindingkan papan dan beratapkan seng. Anaknya sukses di mana-mana, dan mereka tinggal berdua di rumahnya yang sangat sederhana itu. Ia mengungkapkan, penilaian didasarkan pada perjuangan dan karya pasangan keluarga ini yang mengutamakan kepentingan orang banyak.
ed ferry kisihandi
Entitas terkaitAbah |Anaknya |Belajar |Belasan |Istri |Keluarga |Kesibukannya |Kisah |Kondisi |Lampung |Mendengar |Pasti |Pemerintah |Rumahnya |Sang |Syaih |Uang |Way |Abah AR |Fathana Amrullah |Keluarga Sederhana |Menurut Abah |Pada Selasa |Saat Idul |Siti Zubaidah |HM Fathana Amrullah |Oleh Damanhuri Zuhri |Sekolah Dasar Muhammadiyah |Bibir HM Fathana Amrullah |Guru Besar Universitas Islam Negeri |Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional Tahun |
Ringkasan Artikel Ini
Menurut Abah AR, ia tak pernah membayangkan perjuangannya mendidik kelima anaknya hingga menjadi sarjana, membangun sekolah, masjid, hingga rumah sakit demi membantu masyarakat di sekitarnya, mendapat perhatian dan penilaian pemerintah. Ia dan istrinya yang telah bersama selama 43 tahun itu menyisihkan 32 pasangan lainnya. Saat itu, Abah AR menolong seorang guru ngaji yang miskin dan beranak empat. Tanpa pikir panjang, sang istri, Siti Zubaidah langsung meminta maaf dan berjanji akan setia mendampingi Abah AR dalam kondisi apa pun. Abah AR semula orang yang tak punya harta yang kemudian berhasil mendirikan sekolah dan rumah sakit. Anaknya sukses di mana-mana, dan mereka tinggal berdua di rumahnya yang sangat sederhana itu. Ia mengungkapkan, penilaian didasarkan pada perjuangan dan karya pasangan keluarga ini yang mengutamakan kepentingan orang banyak.

Jumlah kata di Artikel : 610
Jumlah kata di Summary : 125
Ratio : 0,205

*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.
Pendapat Anda
Pendapat anda mengenai ringkasan artikel ini : Baik  Buruk 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar