Jumat, 16 Desember 2011

Je m'apelle Lucky


Click to set custom HTML

It's me...

Saya dilahirkan pada September 1991 dari sebuah keluarga sederhana.  Kota Duri, Riau adalah tempat dimana saya pertama kali saya merasakan hidup ini. Saya sangat beruntung untuk dilahirkan oleh ibu saya, Siti Nurlaela dan memiliki seorang ayah yang hebat bernma Untung Prasetyo (Untung=Luck, dan itu adalah bagian dari nama dan hidup saya). Saya tidak hanya bertiga di keluarga sederhana ini. Saya memiliki kakak yang super, Sari Atika Sundari dan Adik yang luar biasa, Muhammad Rahmat Dityo. Mereka berempat adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup saya. Dari merekalah saya belajar akan satu kata, yaitu CINTA. Cinta yang tidak pernah henti mereka berikan kepada saya, LUCKY BAGUS SEPTYO.

Jika bercerita tentang nama Lucky Bagus Septyo, saya selale tertawa karena ada sejarah dalam nama ini. Dahulu, 19 tahun yang lalu ketika saya dilahirkan, sang Ibu dan sang Ayah berdebat untuk masalah nama. Sang Ibu ingin memiliki nama anak "Muhammad Yusuf " , sedangkan sang ayah ingin anak bernama BEJO.....Oh my God, untung saja nama itu tidak menjadi nama saya sekarang (hehe,walaupun BEJO menjadi nama panggilan saya kini, karena teman kampus saya AVEN). Namun akhirnya mereka memutuskan untuk memberikan nama LUCKY BAGUS SEPTYO, sebuah nama yang selalu saya artikan sebagai LUCKY=Keberuntungan BAGUS=Bagus SEPTYO=September pada keluarga Prasetyo. Jadi, saya selalu menyimpulkan nama saya sebagai "Keberuntungan Bagus di Bulan September", walaupun ibu dan ayah saya tidak pernah berkata itu, hahaha.

 Tumbuh di  keluarga yang penuh perjuangan, membuat saya terus memahami arti hidup yang begitu menantang ini. Dikala saya balita, saya hidup dalam keadaan berkecukupan karena ayah saya bekerja di sebuah perusahaan tambang milik AS di Papua sana. Namun semenjak Krisis Ekonomi 1997, ayah saya di-PHK, dan saya beserta keluarga harus hidup dengan seadanya. Ibu saya harus berjualan beras, ayah hanya menjadi montir, dan saya beserta kakak saya harus berjualan alat tulis dan layang-layang sambil membuka perpustakaan kecil di rumah. Pengalaman itu saya tambah lagi dengan membuka sekolah mini di rumah, dengan kelas reguler setiap hari senin, selasa, dan rabu. Lucunya, di kala itu saya masih duduk di kelas 3 SD. Hahaha, yang penting dapat bermanfaat bagi orang lain. Beranjak remaja, saya semakin berpacu untuk membahagiakan kedua orang tua saya. Semangat itulah yang melatarbelakangi saya untuk terus berjuang mendapar beasiswa di Sekolah Menengah Pertama. Alhamdulillah, SMPN 92 Jakarta memberi saya kesempatan untuk membayar setengah saja dari biaya SPP. Beasiswa itu menuntut saya untuk terus mempertahankan prestasi akademik saya. Syukur Alhamdulillah, saya bisa mempertahankan juara kelas selama 3 tahun. Ibu dan ayah saya merasa senang sekali karena saya bisa meneruskan jejak mereka. Ibu dan ayah saya adalah siswa yang cerdas ketika sekolah dahulu, dan saya bangga sekali pada mereka. Beranjak ke SMA, alhamdulillah saya mendapat beasiswa dari Himpuanan Alumnis SMAN 4 Jakarta. Di kala memilih SMA tersebut, saya merasa begitu bingung. Saya punya cita-cita untuk bisa menjadi siswa SMA 8 atau 81, namun apa daya, keadaan finansial keluarga saya membuat saya mengambil keputusan untuk bersekolah di SMAN4.Alhamdulillah, keputusan saya tersebut membawa saya ke tempat yang tepat. Di sana, walau secara akademik saya hanya menempati peringkat 2, 3, atau 4, saya merasa saya bisa meng-explore kemampuan pada diri saya. Di kelas 1 SMA, saya dipercaya untuk menjadi Wakil Ketua MPK dan saya lanjutkan di kelas 2 sebagai Ketua MPK. Disana lah saya mendapata pengalaman organisasi yang luar biasa. Namun demikian, pengalaman organisasi yang paling luar biasa adalah ketika saya men-lead project Suddharma Pundarika Cup SMAN 4 Jakarta untuk pertama kalinya. Luar biasa, di event ini saya bisa bekerja dengan orang-orang yang luar biasa. Di kala SMA ini pula saya mendapat kesempatan sebagai Abang Buku Jakarta Pusat dan juara 3 di Tingkat DKI. Itu membuat saya mulai mengenal dunia luar. Saya bisa bertemu Fauzi Bowo, Prijanto, dan beberapa jajaran pemimpin DKI lainnya. Pengalaman luar biasa juga saya dapatkan ketika saya terpilih menjadi salah satu Duta Baca Remaja Indonesia. Wau, dahsyat.

Pengalaman itu semua menjadi bekal saya untuk menjadi pribadi dewasa, terutama di masa kuliah ini. Alhamdulillah, doa ibu dan keluarga saya menghantarkan saya untuk bisa mendapatkan Full Scholarship di Universitas Bakrie ini. Awalnya saya sempat ragu karena keinginan utama saya adalah Teknik Pertambangan ITB, namun keadaan menuntun saya untuk menapaki masa perkuliahan saya di UB ini. Alhamdulillah, sekali lagi saya merasa bersyukur karena saya bisa bertemu dengan pemuda-pemudi cerdas dari berbagai belahan Nusantara, Luar Biasa. Pengalaman demi pengalaman saya dapatkan di Universitas ini. Mulai dari panitia Entrepreneurial Youth, sebuah acara yang membuat saya terbuka dalam berorganisasi, menjadi Master of Ceremony di berbagai kegiatan (Hobi saya sejak kecil, hehe,,,berbicara), dan bisa menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Akuntansi dengan didampingi oleh wanita luar biasa bernama Riska Widianingsih (kami mendapat polling suara dengan jumlah sama, namun dia sangat rendah hati) beserta 24 pemuda/i luar biasa yang selalu bekerja keras untuk melakukan yang terbaik. Selain itu, keputusan saya untuk meninggalkan rumah dan hidup mandiri membuat saya terus berpacu untuk terus mengajar les privat dan melakukan segala sesuatu tindakan halal untuk membiayai semua kebutuhan saya, terutama membayar kontrakan.Hehehe. Dan kini, saya juga menjalani posisi sebagai Abang Kabupaten Bekasi, suatu tugas yang luar biasa dan saya juga bisa bekerja dengan orang-orang luar biasa.

Intinya, saya adalah saya, dan saya selalu berusaha untuk bertindak dengan sebaik mungkin, walau tidak semua tindakan saya baik (karena saya manusia). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar