Ilustrasi Keuangan Gratis
Manfaat asuransi adalah rasa tenang jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan membantu menanggung biaya yang terjadi karena suatu resiko meninggal, sakit ataupun cacat.
Kita membutuhkan Asuransi Jiwa karena salah satu dari 3 alasan yang mungkin terjadi:
1. Meninggal dan kita meninggalkan tanggungan yang membutuhkan manfaat Asuransi
2. Mempunyai orang tua yang bergantung pada kita atau kita sendiri menjadi tua yang
membutuhkan dana yang sama tetapi kita sudah tidak bekerja lagi.
3. Perlindungan atas resiko resiko yang tidak diinginkan pada saat kita masih hidup ( cacat,penyakit kritis) dimana kita sudah tidak bekerja lagi tetapi harus menanggung double expense
Anda sangat berarti bagi Keluarga Anda. Dengan memiliki sebuah Polis sebuah perlindungan yang akan bermanfaat bagi Anda dan seluruh Keluarga.
Saya tidak pandai merangkai kata kata yang bagus untuk meyakinkan Anda bahwa Life Insurance itu sangat PENTING. Bagaimanapun Saya akan mencoba mendengarkan perencanaan keuangan Anda dan memberikan program yang sesuai dengan kebutuhan serta Anggaran Anda (Gratis kepada Anda dan tanpa ikatan apapun)
Hubungi :
Johanna Ratnasari
Sms-Call: 0812 1032616
708 28501
Email: jratnasari05@yahoo.com
http://program-keuangan.blogspot.com
Saya akan mengatur waktu bertemu untuk lebih mengetahui kebutuhan Anda serta Program yang sesuai dengan keluarga Anda.
Tidak ada BIAYA sama sekali. Tidak ada ikatan apapun.
For everything there is a season,
And a time for every matter under heaven:
A time to be born, and a time to die;
A time to plant, and a time to pluck up what is planted;
A time to kill, and a time to heal;
A time to break down, and a time to build up;
A time to weep, and a time to laugh;
A time to mourn, and a time to dance;
A time to throw away stones, and a time to gather stones together;
A time to embrace, And a time to refrain from embracing;
A time to seek, and a time to lose;
A time to keep, and a time to throw away;
A time to tear, and a time to sew;
A time to keep silence, and a time to speak;
A time to love, and a time to hate,
A time for war, and a time for peace.
Ecclesiastes 3:1-8
Kiat Mengelola Keuangan
Mengelola penghasilan dengan baik, masa depan keluarga Anda terjamin. Anggaran yang benar merupakan ‘kartu pas’ meraih jaminan itu.
Dana seringkali sudah ‘kering’ padahal tanggal gajian masih lama? Atau Anda bingung, dari mana bisa dapat dana untuk bayar uang pangkal TK si kecil yang berjut-jut itu? Mungkin pula Anda merasa sudah kerja keras, lebih dari 12 jam sehari, tapi belum juga ada hasil yang nyata. Sudahlah… sebaiknya periksa kembali apakah pengelolaan keuangan Anda sudah tepat?
Perlu anggaran
Berapa pun penghasilan Anda tak pernah cukup jika tidak direncanakan dengan benar. Masalah-masalah keuangan seperti di atas tak seharusnya terjadi jika Anda dan pasangan mengelola keuangan dengan baik.
“Penghasilan kita sebaiknya tidak hanya cukup untuk memenuhi pengeluaran kebutuhan hidup saat ini, tapi juga investasi masa depan,” ungkap Mike Rini , Perencana Keuangan dari Biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk & Rekan.
Mike menyarankan agar tiap keluarga membagi penghasilan dalam pos-pos pengeluaran. Pos pengeluaran pertama untuk membayar utang: kartu kredit, cicilan rumah, cicilan mobil, dan lain-lain. Besarnya pos pengeluaran pertama ini sebaiknya tidak lebih dari 30 persen penghasilan.
Pos kedua adalah tabungan dan investasi. Kalau biasanya keluarga menabung di akhir bulan, setelah ada sisa pengeluaran, Mike menyarankan sebaliknya. “Tabungan dan investasi dialokasikan di awal. Kalau tidak demikian, tak akan pernah terisi, karena cenderung berapa pun uang yang ada akan habis,” jelasnya. Bila keluarga belum punya tujuan keuangan atau rencana digunakan untuk apa uang tabungan itu, pos ini sekurang-kurangnya 10 persen dari penghasilan keluarga.
Pos ketiga yaitu untuk premi asuransi. “Asuransi diperlukan keluarga untuk memperkecil risiko keuangan yang mungkin terjadi,” jelas Mike. Misalnya, terjadi sesuatu dengan kepala keluarga, dengan asuransi jiwa, istri yang tidak bekerja dapat menggunakan uang pertanggungan untuk membuka usaha, misalnya. Besarnya premi asuransi dari total asuransi yang diambil keluarga sebaiknya tak lebih dari 10 persen saja. Tak dianjurkan lebih dari 10 persen, karena hal yang dikhawatirkan belum tentu terjadi.
Pos keempat, yang terakhir, barulah biaya hidup keluarga. Pos ini mendapat alokasi sisa dari pengeluaran tiga pos itu tadi. Termasuk dalam pos keempat adalah belanja keluarga dan belanja pribadi Anda dan pasangan, transportasi, pembantu rumah tangga, rekening listrik, telepon dan air, pakaian, pembantu rumah tangga, hiburan dan mainan anak.
Pengalokasian dana pada setiap item, menurut Mike, fleksibel. Meski pos yang terakhirlah yang pertama kali diutak-atik jika keluarga merasa perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai suatu tujuan. Anggaran sebaiknya dibuat setahun sekali, untuk merevisi jika dirasa perlu penyesuaian-penyesuaian.
Meski tidak persis sama dengan apa yang Mike jelaskan, keluarga muda melakukan alokasi dana saat menerima penghasilan. Fransisca Elly Dwi Astuti (37 tahun) atau Sisca , ibu dari Dorothea Wening Sonyaruri (7 tahun) dan Dolorosa Raras Cindiwangi (3 tahun) salah satunya. “Penghasilan tetap suami langsung saya gunakan untuk biaya hidup keluarga sehari-hari,” ujar Sisca. Sedangkan penghasilan tetapnya sebagai Manager Promosi sebuah perusahaan rekaman langsung masuk tabungan.
Sisca tidak pernah membayar utang. “Saya dan suami terbiasa menabung untuk membeli sesuatu. Kalau tidak punya uang, ya tidak usah beli. Sementara untuk premi asuransi pendidikan, kesehatan dan kendaraan, kami bayar pertahun,” tuturnya
Lain halnya Marcelline Ellena (30 tahun) yang dipanggil Celli, wiraswasta dan ibu dari Michael Ken Jie (3 tahun). “Setiap bulannya saya tidak punya patokan untuk beli ini dan itu. Kalau keperluan rumah tangga ada yang habis, ya beli sesuai keperluan. Karena penghasilan juga tidak tentu, pengeluaran juga tidak direncanakan.”
Sesuaikan dengan tujuan keuangan
“Jika hanya menabung 10 persen dari tabungan, kapan kami dapat liburan keliling Eropa sekeluarga?” Mungkin demikian pikir Anda. Apalagi Anda masih ingin punya mobil baru, rumah baru, menyekolahkan anak ke luar negeri, dan sejumlah keinginan lain. Itu sebabnya, perencanaan dibuat disesuaikan tak hanya berdasar penghasilan, tetapi juga tujuan keuangan keluarga.
Setiap keluarga sebaiknya punya tujuan keuangan yang merupakan segala keinginan seseorang atau sebuah keluarga yang butuh sejumlah uang untuk mewujudkannya. Dengan adanya tujuan keuangan,
kita dapat merencanakan berapa lama dapat mencapai tujuan tersebut dan langkah apa yang dapat kita ambil. Ada tujuan dalam jangka pendek, yaitu jika ingin dicapai dalam waktu kurang dari satu tahun; jangka menengah, jika waktu yang ingin dicapai 1 - 5 tahun; dan jangka panjang, jika waktu yang ingin dicapai lebih dari 5 tahun.
Mike mencontohkan jika keluarga ingin membeli rumah lima tahun lagi, mereka perlu membuat tujuan secara spesifik, yaitu berapa harga rumah yang diinginkan dan dalam berapa tahun lagi dibeli, dan darimana uang untuk membayarnya. Misalnya, harga rumah yang diinginkan saat ini Rp. 500 juta. Bila berniat menyicil, berapa uang muka yang perlu disiapkan. Uang muka yang umumnya 30 persen dari harga rumah ini dapat diperoleh keluarga dengan melihat “Neraca Keluarga” (Lihat boks : Contoh Anggaran Keluarga). Setelah itu, hitung berapa kekurangannya untuk uang muka ini. Dalam waktu 5 tahun berarti keluarga perlu menabung sejumlah sisa uang muka.
Misalnya tidak ada uang yang dapat diambil dari tabungan, keluarga dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian anggaran dengan menabung untuk uang muka ini. Secara sederhana, dapat kita hitung Rp. 150.000.000,- : 5 tahun : 12 bulan = Rp. 2.500.000,- perbulan. Namun, dalam 5 tahun ke depan, rumah yang saat ini seharga Rp. 500.000.000,- berubah harganya. Untuk itu, keluarga dapat memprediksikan tingkat inflasi. Jika menginginkan perhitungan yang mendekati angka yang tepat, Anda dapat minta bantuan perencana keuangan untuk menghitungnya.).
Sebuah keluarga dapat saja memiliki lebih dari satu tujuan keuangan. Jika sudah tahu tujuan keuangan dan kondisi keuangan, barulah keluarga membuat perencanaan atau anggaran setiap bulannya.
Tujuan keuanganlah yang membuat Sisca menabung penghasilan tambahannya dan suami. “Saya dan suami punya impian bisa membuat studio. Entah untuk disewakan atau punya PH ( Production House ) sendiri. Untuk itu kami perlu membeli tanah yang luas dalam sepuluh tahun ke depan.”
Kenali produk-produk investasi
Meski berniat menabung, namun Anda kesal juga melihat tambahan dana tabungan merayap lamban. Bahkan bunga yang diberikan tak terasa karena dipotong biaya administrasi dan pajak. Jika ini yang Anda alami, Mike menyarankan melakukan investasi.
“Menabung tidak usah banyak-banyak, lebih baik banyak dinvestasikan saja,” tuturnya. Besarnya tabungan sebaiknya dijaga antara 3 - 6 kali pengeluaran Anda perbulan. Tabungan inilah yang dinamakan “dana cadangan” atau “ emergency fund” . Dana ini dapat digunakan jika ada pengeluaran tak terduga.
Jika ada dana lebih, keluarga dapat menginvestasikannya dalam beberapa jenis investasi. Mike membagi dalam empat kategori. Pertama, investasi melalui produk-produk keuangan. Keluarga dapat memilih sesuai pengalaman dan pengenalan produk investasi tersebut. Mereka yang awam biasanya memilih deposito. Selain Deposito, keluarga juga dapat memilih reksadana (mutual fund), saham dan obligasi. Reksadana adalah sebuah bentuk investasi yang menggabungkan semua uang investor dalam suatu wadah, dimana uang tersebut selanjutnya dikelola oleh sebuah perusahaan investasi dengan cara mengalokasikannya ke dalam satu atau berbagai macam instrumen investasi. Obligasi adalah surat hutang yang diterbitkan baik oleh pemerintah maupun perusahaan.
Kategori kedua adalah melalui usaha. Keluarga membuka usaha sendiri, sebagai sampingan dari penghasilan tetap maupun bergabung dengan orang lain.
Kategori ketiga adalah properti. Keluarga dapat membeli tanah atau rumah, misalnya. Dapat dikontrakkan atau untuk usaha kamar kos.
Kategori terakhir adalah exotic investment . Termasuk di dalamnya emas, berlian atau pun barang-barang koleksi yang bernilai seperti lukisan. (Lihat boks : Sehatkah Perencanaan Keuangan Keluarga Anda?).
Investasi usaha, properti dan exotic investment tampaknya banyak dikenal. Celli dan Sisca memilih investasi jenis ini jika ada dana lebih dalam keuangan mereka.
Grahita Purbasantika Nugraha
Sumber : ayahbunda-online.com
Mengelola Keuangan Keluarga
Kami merasa perlu untuk terus menyerukan kepada semua kalangan masyarakat terutama pasangan suami istri untuk belajar saling terbuka mengenai keuangan masing-masing. Kami sangat percaya bahwa setiap orang memiliki pandangan mengenai uang yang berbeda-beda karena suami atau istri dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Kegagalan dalam membicarakan soal uang di dalam keluarga berpotensi menimbulkan permasalahan.
Banyak orang merasa bahwa membicarakan keuangan dalam keluarga adalah tabu. Namun menurut hemat kami, hal ini malah seharusnya dibicarakan. Kalangan ini
pernah berpikir, apakah dengan membiarkan persoalan keuangan dalam keluarga berlarut-larut akan menyelesaikan segalanya? Atau bisa menjadi bola salju
yang terus membesar? Persoalan kecil bisa menjadi besar bila tidak diatasi dan diselesaikan dengan bijak. Oleh karena itu dalam hal keuangan keluarga
sangat dibutuhkan sebuah pola pengelolaan dimana masing-masing individu di dalam keluarga (suami dan istri) memiliki hak dan kewajibannya masing-masing.
Dengan pembagian tanggung jawab serta diskusi yang mendalam dapat meringankan persoalan yang mungkin timbul di masa depan.
Berikut ini ada tiga tipe pengelolaan yang bisa Anda pilih sesuai keinginan anda bersama pasangan anda. Tentunya masih banyak lagi pola pengelolaan yang ada. Hal terpenting disini adalah saling keterbukaan serta menjalani kehidupan keluarga dengan tanggung jawab bersama.
1. Uang bersama dan sistem amplop
Penghasilan suami istri langsung digabung bersama. Setekah itu, gabungan kedua pendapatan langsung dialokasikan ke pos-pos pengeluaran rutin yang telah
dihitung lebih dulu. Lazimnya, setiap pos diwakili oleh satu amplop. Pos-pos pengeluaran itu, pada beberapa keluarga, bukan saja kebutuhan rumah tangga
makan minum, dan listrik saja, tapi juga termasuk membayar kredit rumah, cicilan mobil, telepon, uang sekolah anak, asuransi dan kebutuhan mobil (bensin, servis berkala, kerusakan, dan lain-lain). Bahkan tabungan, pengeluaran pribadi ayah-ibu dan liburan pun jadi amplop tersendiri. Bila ada sisa, dimasukkan ke dalam tabungan suami atau istri, atau khusus membuka lagi account bersama di bank untuk menampung sisa amplop setiap bulannya.
2. Membagi berdasar prosentase
Bentuk manajemen ini adalah membagi tanggung jawab dalam bentuk jumlah atau prosentase. Seluruh kebutuhan keluarga setiap bulan dihitung termasuk pos
darurat dan pos tabungan. Masing-masing sepakat menyumbang sebesar jumlah tertentu untuk menutupi kebutuhan tersebut. Sisanya digunakan sebagai
tabungan pribadi untuk kebutuhan pribadi. Misalnya, istri membeli parfum, lipstik, atau baju. Bisa juga tanpa dihitung kebutuhan keluarga terlebih
dahulu, suami-istri memberi kontribusi yang sama berdasarkan prosentase. Misalnya 80:20. Artinya, masing-masing menyetor 80 persen dari gajinya.
Sisanya 20 persen disimpan untuk diri sendiri. Jika bisa berhemat, dari uang bersama yang 80 persen, bisa tersisa untuk tabungan keluarga, disamping suami dan istri juga masing-masing punya tabungan pribadi.
3. Membagi Tanggung Jawab
Misalnya, suami mengeluarkan biaya untuk urusan berat, seperti membayar kredit rumah, cicilan mobil, listrik, telepon, uang sekolah anak, kebutuhan
mobil dan asuransi. Sementara bagian istri adalah belanja logistik bulanan, pernak-pernik rumah, jajan, dan liburan akhir pekan dan pos tabungan. Dilihat
dari jumlahnya, suami menanggung lebih banyak dana. Tapi istri juga punya peranan dalam kontribusi dana rumah tangga. Kalau ternyata istri yang memiliki pendapatan yang lebih besar, tentunya hal ini bisa dilakukan sebaliknya.
Mana yang terbaik? Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan tentunya kesepakatan antara suami dan istri. diskusikan hal ini dengan pasangan masing-masing, agar persoalan keuangan keluarga buka lagi menajdi masalah dalam keluarga.
Kalau istri tidak bekerja, Bagaimana?
Ketiga contoh diatas merupakan pola alokasi dari pendapatan suami dan istri. Dimana suami dan istri bekerja dan menghasilkan pendapatan secara regular
setiap bulannya. Bagaimana pula bila hanya suami atau istri yang bekerja? Sedangkan pasangan yang lainnya tinggal di rumah?
Bila hal ini yang menjadi pola keuangan di keluarga anda, tentunya akan sangat baik bila anda dan pasangan anda membicarakan tugas serta tanggung jawab
masing-masing. Mungkin anda sebagai suami karena bekerja, yang berusaha memenuhi semua kebutuhan keluarga. Sedangkan istri yang tinggal di rumah
bertanggung jawab dalam hal rumah tangga, mulai dari persoalan belanja reguler bulanan sampai alokasi tabungan (dari pendapatan suami) untuk berbagai macam tujuan keuangan keluarga yang dimiliki. Dalam hal ini istri harusnya seperti manajer dalam sebuah perusahaan.
Dengan membagi tanggung jawab bersama, suami tidak lagi merasa lebih dibandingkan istri. Karena kedua individu di dalam keluarga tersebut memiliki
tanggung jawab masing-masing. Untuk itulah keterbukaan dan diskusi mengenai keuangan menjadi sangat dibutuhkan.
Tiga hal penting dalam mengelola keuangan bersama :
Pertama, pembagian kerja sangatlah dibutuhkan dalam hal mengatur keuangan. Contoh singkatnya, siapa yang membayar semua kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Misalkan anda sebagai istri yang harus membayarnya maka suami dalam hal ini harus mentransfer dana yang cukup setiap bulannya untuk
memenuhi semua kebutuhan keuangan keluarga.
Bila anda memutuskan untuk mendelegasikan satu orang untuk membayar semua tagihan bulanan keluarga maka hal penting yang harus diperhatikan adalah kejujuran. Dimana anda berdua haruslah terbuka satu sama lain yang berkenaan dengan permasalahan uang. Jangan sampai bila anda menggunakan rekening bersama dan salah stau dari anda mengambil dana dalam jumlah besar dan tidak mengatakan kepada pasangan anda. Begitu pasangan anda membutuhkan untuk hal yang sangat penting ternyata dana yang tersedia tidak mencukupi.
Kedua, pengeluaran yang disepakati menjadi sangat vital. Anda berdua harus mencapai kata sepakat dalam merencanakan pengeluaran. Hal ini biasanya
berkaitan dengan pengeluaran yang tidak tetap, misalkan keputusan untuk mengganti mobil dengan yang baru setelah beberapa tahun? Atau apa yang anda berdua pikirkan berkenaan dengan liburan? Sebagai kesimpulan, anda harus membicarakan dan bersepakat dalam kebutuhan yang harus dipenuhi, apa yang menjadi keinginan bersama dan apa yang dapat anda penuhi.
Ketiga, hal terakhir yang menjadi sangat penting adalah menabung. Dalam hal ini visi kedepan menjadi sangat penting. dimana dengan tujuan yang anda dan pasangan anda tentukan, akan memberikan motivasi serta pemilihan strategi yang dapat membantu anda mencapai tujuan masa depan yang dimiliki. Dengan
begitu anda juga akan melihat pentingnya pengalokasian dana saat ini dan dimulai saat ini juga.
Demikian ulasan singkat seputar uang dalam kaitannya dengan hubungan suami istri di dalam keluarga. Semoga memberikan masukan dan tambahan ilmu bagi anda.
M. Ichsan, praktisi dan akademisi di bidang perencanaan keluarga
sumber : www.pembelajar.com
Tidak ada alasan NO SAVING
Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid Nova No. 641/XIII
"Siapa, sih, yang tak ingin punya tabungan? Saya juga mau, kok, menabung. Masalahnya, uang saya habis terus..."
"Belum lagi anak-anak minta dibelikan sepatu..."
"Saya kan juga perlu beli ini dan itu..."
"Ah, saya memang enggak berbakat mengelola uang..."
Kata-kata tersebut diatas mungkin akrab di telinga Anda, atau mungkin Anda sendiri yang mengalaminya. Anda ingin sekali bisa menabung, tapi dalam prakteknya, hal itu sulit dilakukan. Anda selalu kehabisan uang di akhir bulan sehingga tidak bisa menabung. Apakah Anda tergolong orang yang seperti itu?
Jangan kecil hati. Semua orang hampir pasti akan mengalaminya. Menabung (melakukan investasi secara rutin) seringkali dilakukan untuk berbagai macam tujuan. Namun demikian, apabila Anda menyisihkan uang secara rutin, maka uang yang Anda kumpulkan tersebut bisa sangat bermanfaat.
Seseorang yang memiliki penghasilan sebesar Rp 1 juta per bulan, misalnya, setelah setahun menabung hanya memiliki saldo rekening Rp 200 ribu di rekeningnya. Setelah ditanya kenapa jumlah saldo rekeningnya cuma sebesar itu setelah bekerja setahun, ia mengatakan penghasilannya sering habis dipakai dalam sebulan. Jadi, ia tidak bisa menabung.
Sebetulnya, kalau ia mau menabung sebesar Rp 100 ribu saja setiap bulan, maka pada akhir tahun ia sudah akan memiliki jumlah saldo rekening sebesar Rp 1,2 juta, plus bunganya.
Apakah situasi seperti ini cukup akrab di telinga Anda? Atau, apakah Anda juga mengalaminya?
MENINGKATKAN DAN MENEKAN
Saya akan beberkan satu cara buat Anda. Kalau selama ini Anda selalu membelanjakan dulu uang Anda sehingga selalu kehabisan uang untuk ditabung, kenapa sekarang Anda tidak membalik proses itu?
Ketika Anda mendapatkan gaji Anda pada tanggal 25, sisihkan dulu sebagian uangnya untuk Anda tabung, baru kemudian sisanya dibelanjakan. Bila itu Anda lakukan secara rutin, maka setelah setahun, Anda sudah akan memiliki simpanan dalam jumlah besar.
Bila Anda melakukan hal itu, maka Anda tidak ada alasan lagi bagi Anda untuk tidak menabung. Yah, mungkin saja uang yang bisa Anda belanjakan jadi berkurang. Tapi itulah konsekuensinya: Anda perlu memiliki sejumlah dana sebagai cadangan untuk masa depan Anda.
Sebagai contoh, penghasilan Anda tadinya adalah Rp 1 juta per bulan. Tadinya, Anda biasa membelanjakan Rp 1 juta tersebut sampai habis. Sekarang, dengan Anda menabung Rp 100 ribu per bulan di muka, maka total pengeluaran Anda cuma tinggal Rp 900 ribu per bulan.
Bila Anda merasa jumlah itu tidak cukup, maka Anda harus melakukan satu diantara tiga pilihan dibawah ini:
Meningkatkan pendapatan Anda. Dalam contoh di atas, pendapatan Rp 1 juta ditingkatkan menjadi Rp 1,1 juta. Dengan Anda tetap menabung Rp 100 ribu, maka pengeluaran Anda bukan lagi Rp 900 ribu, tapi kembali menjadi Rp 1 juta.
Menekan pengeluaran Anda. Dalam contoh di atas, Anda bersedia untuk menekan pengeluaran Anda yang tadinya Rp 1 juta menjadi Rp 900 ribu saja.
Melakukan keduanya, yakni meningkatkan pendapatan sekaligus menekan biaya hidup. Dalam contoh di atas, Anda bisa meningkatkan pendapatan Anda menjadi Rp 1,1 juta, dan menekan pengeluaran Anda menjadi Rp 900 ribu. Dengan demikian, Anda malah memiliki selisih yang lebih besar lagi untuk ditabungkan!
Terserah Anda, mana dari ketiga cara tadi yang hendak Anda pilih. Yang paling penting, Anda harus membiasakan diri untuk menabung. Dalam hal ini, apabila Anda mengalami kesulitan untuk menabung karena alasan selalu kehabisan, maka Anda bisa menabung di muka begitu Anda mendapatkan penghasilan.
Ingat selalu: Anda perlu dana cadangan untuk masa-masa yang terduga kelak.
KE MANA MENABUNG?
Ada banyak pilihan yang bisa Anda gunakan sebagai tempat menabung. Salah satu tempat menabung yang paling populer bagi orang Indonesia adalah tabungan di bank. Kelebihan tabungan adalah bahwa dana dalam tabungan bisa diambil kapan pun Anda inginkan. Kelemahan tabungan adalah bahwa pada saat ini, umumnya tabungan di bank hanya memberikan bunga yang kecil.
Selain itu, Anda mungkin juga bisa menabung dengan membeli emas. Bila Anda menabung sebesar, katakan, Rp 200 ribu per bulan, Anda mungkin bisa membeli emas yang jumlahnya sesuai dengan nilai uang yang Anda tabungkan. Pada saat ini, banyak tersedia koin emas yang bisa dibeli dengan jumlah satu gram saja.
Sebagai alternatif, Anda bisa juga menabung ke dalam bentuk investasi seperti Reksa Dana. Reksa Dana adalah sebuah bentuk investasi dimana uang yang Anda tabungkan akan dikelola oleh sebuah tim Manajer Investasi untuk diinvestasikan ke dalam berbagai macam produk investasi. Untuk bisa berinvestasi dalam Reksa Dana, bisa dimulai dengan jumlah persyaratan dana minimal sebesar Rp 100 ribu.
Jelas, ada beberapa pilihan bila Anda hendak menabung. Kenapa tidak memulainya?
3 Resiko Investasi
Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 746/XIV
"Beranikah saya mengambil risiko dalam berinvestasi?" Pertanyaan ini mungkin sering terlontar bila Anda sedang menimbang-nimbang untuk melakukan investasi. Katakan Anda punya uang Rp 10 juta, dan Anda bingung apakah akan menaruhnya di bank atau di tempat lain. Kalau ditaruh di bank, Anda mungkin merasa aman. Tetapi kadang-kadang, tawaran investasi di tempat lain seringkali cukup besar dan sangat menggoda, sehingga ini kadang-kadang menakutkan Anda.
Yang namanya investasi pasti ada risikonya. Nah, dari pengalaman saya selama ini, biasanya hanya ada tiga (3) risiko yang paling ditakutkan orang ketika mereka berinvestasi:
Turunnya Nilai Investasi
Risiko yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi umumnya adalah "Apakah uang saya akan hilang?" Kebanyakan orang mungkin menjawab "tidak" kalau ditanya seperti itu. Iyalah, mana ada, sih orang yang mau kehilangan uangnya? Akan tetapi, masalahnya, yang namanya risiko pasti ada dalam setiap investasi. Hanya bedanya adalah di ukurannya. Ada produk investasi yang risikonya cukup besar, ada yang sedang, ada yang kecil. Itu mungkin butuh pembahasan yang khusus di NOVA nomor-nomor mendatang. Yang jelas, satu hal yang paling ditakuti orang, sekali lagi adalah: "Apakah uang saya akan hilang?"
Oke, sekarang kalau Anda berinvestasi, seberapa besar penurunan nilai yang bersedia Anda tanggung bila Anda mengalami kerugian? 10 persen? 30 persen? 50 persen? Atau 100 persen? Berapapun besar kerugian yang bersedia Anda tanggung, ingatlah, itu adalah bagian dari berinvestasi. Jangan pernah mengharapkan Anda akan terus-menerus untung. Yang namanya kerugian, sesekali memang harus dialami. Kalau enggak mengalami, ya enggak belajar, kan?
Sulitnya Produk Investasi itu Dijual
Risiko kedua yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi adalah apakah produk investasi yang dibelinya itu mudah untuk dijual kembali. Beberapa orang mungkin senang berinvestasi ke dalam emas karena emas dianggap mudah dijual kembali. Akan tetapi, ada juga orang yang berinvestasi ke dalam mata uang dolar Amerika, dan dolar tersebut cepat-cepat dimasukkannya ke bank. Ini karena bila dolar itu disimpan di lemari, maka kondisi fisik dari kertas uangnya mungkin akan menurun, dan itu kadang-kadang akan menyulitkan bila suatu saat dolar itu hendak dijual kembali. Maklum, beberapa bank seringkali tidak mau membeli mata uang asing Anda bila kondisi uang kertasnya robek, rusak atau kumal.
Contoh lain dari produk investasi yang tidak selalu mudah untuk dijual kembali adalah barang-barang Koleksi. Barang-barang koleksi umumnya tidak selalu mudah dijual kembali karena pasar pembeli barang-barang ini sangat spesifik. Lukisan misalnya. Karena pasarnya yang spesifik, tidak selalu mudah menjual lukisan. Tapi, sekali terjual, bisa saja harganya sangat tinggi dan memberikan untung yang lumayan buat orang yang menjualnya.
Jadi, sebelum Anda memutuskan untuk berinvestasi, ketahui lebih dulu seberapa mudahnya produk investasi Anda bisa dijual kembali. Jangan sampai Anda berinvestasi tapi tidak bisa menjualnya, karena barangnya memang sulit dijual.
Hasil Investasi yang Diberikan Tidak Sebesar Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Bayangkan kalau Anda berinvestasi di deposito yang memberikan bunga 10 persen setahun, sedangkan dalam setahun harga barang dan jasa malah naik 15 persen? Hal ini seringkali terjadi, bukan karena terlalu tingginya kenaikan harga barang dan jasa, tetapi karena produk yang dipilih itu sendiri belum tentu sesuai.
Iya dong, beberapa dari Anda mungkin menginginkan produk investasi yang aman dan konservatif. Tetapi, konsekuensinya adalah bahwa Hasil Investasi yang didapat mungkin saja tidak bisa menyamai kenaikan harga barang dan jasa. Kalau itu terus Anda alami dari tahun ke tahun, maka Anda akan bangkrut.
Apa yang harus Anda lakukan untuk menghadapi risiko ini? Jangan menutup diri terhadap informasi. Pelajari produk-produk investasi lain yang mungkin Anda belum tahu, dan setelah itu cobalah masuk ke situ dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya. Lama-kelamaan, Anda pasti bisa mengatasi tingginya kenaikan harga barang dan jasa dengan berinvestasi pada produk yang memang berpotensi untuk bisa memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding kenaikan harga barang.
Selamat berinvestasi!
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 746/XIV
"Beranikah saya mengambil risiko dalam berinvestasi?" Pertanyaan ini mungkin sering terlontar bila Anda sedang menimbang-nimbang untuk melakukan investasi. Katakan Anda punya uang Rp 10 juta, dan Anda bingung apakah akan menaruhnya di bank atau di tempat lain. Kalau ditaruh di bank, Anda mungkin merasa aman. Tetapi kadang-kadang, tawaran investasi di tempat lain seringkali cukup besar dan sangat menggoda, sehingga ini kadang-kadang menakutkan Anda.
Yang namanya investasi pasti ada risikonya. Nah, dari pengalaman saya selama ini, biasanya hanya ada tiga (3) risiko yang paling ditakutkan orang ketika mereka berinvestasi:
Turunnya Nilai Investasi
Risiko yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi umumnya adalah "Apakah uang saya akan hilang?" Kebanyakan orang mungkin menjawab "tidak" kalau ditanya seperti itu. Iyalah, mana ada, sih orang yang mau kehilangan uangnya? Akan tetapi, masalahnya, yang namanya risiko pasti ada dalam setiap investasi. Hanya bedanya adalah di ukurannya. Ada produk investasi yang risikonya cukup besar, ada yang sedang, ada yang kecil. Itu mungkin butuh pembahasan yang khusus di NOVA nomor-nomor mendatang. Yang jelas, satu hal yang paling ditakuti orang, sekali lagi adalah: "Apakah uang saya akan hilang?"
Oke, sekarang kalau Anda berinvestasi, seberapa besar penurunan nilai yang bersedia Anda tanggung bila Anda mengalami kerugian? 10 persen? 30 persen? 50 persen? Atau 100 persen? Berapapun besar kerugian yang bersedia Anda tanggung, ingatlah, itu adalah bagian dari berinvestasi. Jangan pernah mengharapkan Anda akan terus-menerus untung. Yang namanya kerugian, sesekali memang harus dialami. Kalau enggak mengalami, ya enggak belajar, kan?
Sulitnya Produk Investasi itu Dijual
Risiko kedua yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi adalah apakah produk investasi yang dibelinya itu mudah untuk dijual kembali. Beberapa orang mungkin senang berinvestasi ke dalam emas karena emas dianggap mudah dijual kembali. Akan tetapi, ada juga orang yang berinvestasi ke dalam mata uang dolar Amerika, dan dolar tersebut cepat-cepat dimasukkannya ke bank. Ini karena bila dolar itu disimpan di lemari, maka kondisi fisik dari kertas uangnya mungkin akan menurun, dan itu kadang-kadang akan menyulitkan bila suatu saat dolar itu hendak dijual kembali. Maklum, beberapa bank seringkali tidak mau membeli mata uang asing Anda bila kondisi uang kertasnya robek, rusak atau kumal.
Contoh lain dari produk investasi yang tidak selalu mudah untuk dijual kembali adalah barang-barang Koleksi. Barang-barang koleksi umumnya tidak selalu mudah dijual kembali karena pasar pembeli barang-barang ini sangat spesifik. Lukisan misalnya. Karena pasarnya yang spesifik, tidak selalu mudah menjual lukisan. Tapi, sekali terjual, bisa saja harganya sangat tinggi dan memberikan untung yang lumayan buat orang yang menjualnya.
Jadi, sebelum Anda memutuskan untuk berinvestasi, ketahui lebih dulu seberapa mudahnya produk investasi Anda bisa dijual kembali. Jangan sampai Anda berinvestasi tapi tidak bisa menjualnya, karena barangnya memang sulit dijual.
Hasil Investasi yang Diberikan Tidak Sebesar Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Bayangkan kalau Anda berinvestasi di deposito yang memberikan bunga 10 persen setahun, sedangkan dalam setahun harga barang dan jasa malah naik 15 persen? Hal ini seringkali terjadi, bukan karena terlalu tingginya kenaikan harga barang dan jasa, tetapi karena produk yang dipilih itu sendiri belum tentu sesuai.
Iya dong, beberapa dari Anda mungkin menginginkan produk investasi yang aman dan konservatif. Tetapi, konsekuensinya adalah bahwa Hasil Investasi yang didapat mungkin saja tidak bisa menyamai kenaikan harga barang dan jasa. Kalau itu terus Anda alami dari tahun ke tahun, maka Anda akan bangkrut.
Apa yang harus Anda lakukan untuk menghadapi risiko ini? Jangan menutup diri terhadap informasi. Pelajari produk-produk investasi lain yang mungkin Anda belum tahu, dan setelah itu cobalah masuk ke situ dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya. Lama-kelamaan, Anda pasti bisa mengatasi tingginya kenaikan harga barang dan jasa dengan berinvestasi pada produk yang memang berpotensi untuk bisa memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding kenaikan harga barang.
Selamat berinvestasi!
Sunday, March 8, 2009
Program BNI Whole Life
MANFAAT B LIFE PROTECT PLUS (Whole Life)
1. Perlindungan maksimal sekaligus Dana Tunai untuk masa depan Anda
2. Terjamin seumur hidup
Selama Peserta tidak memutuskan untuk mengakhiri, Masa Asuransi akan tetap berlaku seumur hidup.
3. Premi kembali 100%
Jika tidak ada klaim sampai akhir Masa Pembayaran Premi, maka seluruh premi yang telah dibayarkan akan dikembalikan 100% secara tunai
4. Tetap terlindung walau premi telah dikembalikan
5. Tersedia dana tunai walau premi telah dikembalikan
6. Uang Pertanggungan (UP) yang berlipat (dalam masa pembayaran premi)
Pembayaran 100% UP pada saat usia 90 tahun
7. Dapat digunakan sebagai kebutuhan apa saja Tabungan masa depan, Warisan dll
MASA PEMBAYARAN PREMI
5 tahun (pengembalian premi diakhir tahun ke 5)
10 tahun (pengembalian premi diakhir tahun ke 10)
15 /20 tahun (pengembalian premi diakhir tahun ke15,atau akhir tahun ke 20)
SYARAT KEPERSETAAN
- Usia masuk minimal 20 tahun dan maksimal + masa pembayaran premi tidak lebih dari 65th
- Sehat jasmani & rohani
Untuk info lebih lanjut hub:
J. Ratnasari
Ph 0812 1032616 / 70828501
Program BNI Rawat Inap
BLIFE OPTIMA MEDICA
Karena kesehatan adalah anugerah yang tak ternilai, maka kami persembahkan paket perlindungan kesehatan dengan pilihan manfaat Santunan Rawat Inap yang beragam, serta keuntungan tambahan yang menarik
KETENTUAN
Masa bayar : 5 tahun
Usia Masuk : 5 - 55 tahun
Metode Klaim : Reimbursement (Boleh Foto Copy)
MANFAAT PENGEMBALIAN PREMI
Polis masih inforce dan peserta masih hidup.
Apabila pernah terjadi klaim akan dikembalikan 50% dari total premi yang telah dibayar.
Apaila belum pernah terjadi klaim akan dikembalikan 75% dari total premi yang telah dibayar.
JENIS MANFAAT
1.Santunan Harian Rumah Sakit
Anda bebas menentukan plan dan manfaat rawat inap sesuai kemampuan & kebutuhan
Anda dengan berbagai keistimewaan yang menarik.
2. Santunan Harian ICU
3. Biaya Operasi
Apabila diperlukan tindakan operasi, Blife Optima Medica memberikan manfaat biaya
operasi sesuai dengan plan yang dipilih
4. Santunan Duka
Bila sesuatu terjadi tanpa diduga. BLife Optima Medica
memberikan perlindungan resiko meninggal dunia sebagai santunan duka kepada ahli
waris Anda
Untuk info lebih lanjut hub:
J. Ratnasari
Hp 0812 1032616
Tidak ada komentar:
Posting Komentar